Ada yang berbeda di Senayan City Ballroom pada 1–2 Agustus lalu: ruang megah di pusat Jakarta itu berubah menjadi tempat di mana ribuan orang datang, bukan hanya untuk menonton pertunjukan namun juga untuk menyelami perjalanan hidup mereka sendiri.

Suksesnya gelaran Hari Menjadi Manusia 2025: Perjalanan Tanpa Henti

Menjadi Manusia merupakan Human Transformation Company yang selama ini fokus membantu manusia merasakan, terhubung, dan berkembang dengan bahagia, menggelar Hari Menjadi Manusia 2025: Perjalanan Tanpa Henti.

Selama dua hari sebanyak 4.723 pengunjung dan 52 pengisi acara melebur dalam rangkaian pengalaman yang dirancang untuk merefleksikan empat fase siklus kehidupan.

Tema besar “Perjalanan Tanpa Henti” terasa di setiap sudut acara, mulai dari panggung diskusi hingga instalasi seni penuh makna.

Menjelajah kehidupan di museum dan pameran

Museum Perjalanan Tanpa Henti menjadi salah satu pusat perhatian. Di dalamnya, pengunjung bisa melihat karya gambar dari murid-murid Sekolah Cikal, benda-benda pribadi dari kontributor dengan cerita mendalam, serta pigura berisi kisah keberanian para pembicara.

Instalasi Pohon Harapan menjadi magnet tersendiri, mengajak setiap orang menuliskan manifestasi kebaikan yang ingin mereka wujudkan.

Tak jauh dari sana, Pameran Komik Strip menghadirkan ilustrasi karya seniman Indonesia yang membungkus fase kehidupan dengan bahasa visual.

Bagi yang ingin berinteraksi lebih personal, tersedia booth unik seperti Telepon Masa Depan dan Telepon Masa Lalu untuk menyapa diri di waktu berbeda, Dinding Rasa untuk menuliskan perasaan, hingga Photowall dan Photoria untuk mengabadikan momen.

Arena Bermain: Ruang untuk kreativitas dan keberanian

Di Arena Bermain Menjadi Manusia, pengunjung bebas mengekspresikan diri lewat workshop journaling, art therapy, book binding, pembuatan zine, dan sesi journaling khusus untuk laki-laki sebagai ruang aman bercerita.

Sementara itu, 29 tenant beragam mulai dari makanan-minuman, perawatan tubuh, pernak-pernik, buku, hingga edukasi, menghadirkan warna tambahan dalam festival ini.

Panggung inspirasi dan kolaborasi

Hari pertama dibuka dengan obrolan hangat bersama tokoh publik seperti Greysia Polii, Cinta Laura, Natasha Rizky, dan Raymond Chin.

Lalu Kunto Aji dan Adjie Santosoputro menutup dengan kolaborasi yang mengajak penonton “memeluk duka” lewat perpaduan musik dan narasi yang menenangkan.

Hari kedua diawali paduan suara anak-anak Choir Cikal Serpong yang membawakan lagu penuh harapan.

Tawa dan cerita hadir lewat Ryan Adriandhy, Raditya Dika, dan Ariel Tatum. Lalu, Lala Bohang, Dee Lestari, dan Reda Gaudiamo mengajak audiens merenung lewat puisi dan monolog.

Sebagai penutup, Jakarta Movin All Stars merayakan seluruh rasa dengan nyanyian dan gerakan.

Lebih dari sekadar acara

Lebih dari sekadar acara, Dee Lestari mengaku terharu bisa membagikan “Selaras”, kolaborasi terakhirnya dengan mendiang Reza Gunawan, di depan ribuan penonton.

Venerable Ugyen Pema Lundup merasa terhormat dapat berdialog lintas iman dalam sesi titik temu pemuka agama.

Ryan Adriandhy pun tak lupa berterima kasih atas sambutan hangat audiens di sesi keynote-nya.


Let uss know your thoughts!