Indra Rudiansyah adalah bagian dari tim Jenner Institute pimpinan Profesor Sarah Gilbert
Upaya Sarah Gilbert menciptakan vaksin covid-19 ternyata juga melibatkan Indra Rudiansyah, putra Indonesia yang kini menempuh pendidikan di Universitas Oxford.
Sejak 20 Januari 2020, pria berusia 29 tahun tersebut sudah jadi bagian dari tim Jenner Institute, kelompok ilmuwan Inggris yang bekerja sama dengan Oxford Vaccine Group.
Indra pun tergabung dalam tim uji klinis yang bertugas menguji antibody response dari para relawan yang sudah divaksinasi.
Baca juga: Biaya Kremasi Tembus Rp80 Juta Viral, Polisi Kejar Krematorium
Awalnya teliti malaria
Indra menyebut, pada awalnya covid-19 bukanlah penelitian utamanya. Alih-alih, penelitian utamanya untuk thesis sebenarnya adalah vaksin malaria.
Namun mahasiswa S3 Clinical Medicine di Universitas Oxford itu memutuskan untuk ikut serta dengan tim Jenner Institute untuk mengembangkan vaksin covid-19 AstraZeneca.
Kepercayaan untuk menguji anibody response pun diterima penerima beasiswa LPDP tersebut karena ia sempat terlibat dalam pengembangan vaksin rotavirus dan novel polio di Biofarma.
Dalam prosesnya, pengembangan vaksin tersebut melalui studi terhadap 560 orang dewasa yang sehat, termasuk 240 orang berusia di atas 70 tahun.
Tak sia-sia, kini lebih dari 600 juta dosis vaksin AstraZeneca dipasok ke 170 negara di seluruh dunia. Meski harganya termurah, efikasi AstraZeneca cukup tinggi, termasuk mencegah infeksi covid-19 varian Delta hingga 92 persen.
Baca juga: 9GAG Dirikan Museum Meme, Jadi yang Pertama di Dunia
Prestasi akademik Indra Rudiansyah
Indra Rudiansyah adalah penerimah program Beasiswa Plus Djarum tahun 2011-2012. Ketika berkuliah di ITB, ia mempelajari Mikrobiologi di Fakultas SITH-S.
Indra pun menempuh kuliah S2 di perguruan tinggi Bandung tersebut di bidang Biotechnology.
Pendidikan S3 di Univeristas Oxford jurusan Clinical Medicine dengan beasiswa penuh pada tahun 2018 hingga akhirnya terlibat dalam proses uji klinis vaksin covid-19.