Di tengah situasi pandemi Corona (Covid-19) ini, berjemur adalah salah satu cara terbaik untuk mencegah penyebaran virus tersebut. Kenapa? Karena sinar matahari saat berjemur mampu menghasilkan vitamin D yang baik buat tubuh lo.
Dengan berjemur, vitamin D yang dikonsumsi otomatis akan meningkatkan sistem kekebalan tubuh lo. Karena kalau kadar vitamin D yang rendah sering dikaitkan dengan konsekuensi kesehatan yang serius, seperti osteoporosis, kanker, depresi, kelemahan otot, hingga menyebabkan kematian.
Di negara tropis seperti Indonesia, sinar matahari bisa didapatkan sepanjang tahun. Walaupun mendapatkan pancaran matahari setiap harinya, bukan berarti lo bisa berjemur kapan saja. Nyatanya, ada waktu-waktu terbaik untuk mendapatkan sinar matahari dan meminimlkan resiko terjadinya kanker kulit.
Pada umumnya, orang berpendapat bahwa sinar matahari terbaik adalah pagi hari. Apakah benar?
Menurut laporan layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS), orang bisa berjemur setiap hari dalam waktu yang singkat dengan lengan, tangan, dan kaki tanpa menggunakan sunscreen. Sinar matahari yang baik dari bulan Maret hingga September ini adalah jam 10.00 sampai 15.00.
Pada jarak waktu yang disebutkan, lo bisa melakukan kegiatan berjemur dengan mendapatkan paparan vitamin D yang lebih maksimal. Paparan sinar matahari tersebut juga bisa memicu produksi vitamin D yang dapat bertahan dua kali lebih lama dalam darah, jika dibandingkan dengan vitamin D yang diperoleh dari konsumsi suplemen dan makanan.
Namun perlu diingat, paparan sinar matahari ke kulit juga tidak bisa lebih dari 15 menit karena hal ini bisa menyebabkan pembakaran dan parahnya sampai kanker kulit. Jika lebih dari 15 menit, sebaiknya lo menggunakan sunscreen.
Well, buat kita yang tinggal di Indonesia, kekurangan vitamin D merupakan hal yang relatif jarang dialami masyarakat. Hal ini lebih banyak terjadi pada lansia yang sudah jarang keluar rumah.
Baca juga berita tentang kegiatan yang bisa lo lakukan selama #dirumahaja, di sini.