#BreakTheBias jadi tema International Women’s Day 2022
Happy International Women’s Day (IWD)!
Tanggal 8 Maret diperingati sebagai Hari Perempuan Internasional. Dan tahun ini, IWD mengusung tema #BreakTheBias.
Bias merupakan kecenderungan masyarakat untuk lebih percaya bahwa seseorang, ide, atau sesuatu itu sudah pasti lebih baik dari yang lainnya.
Seperti yang kita tahu, perempuan terus-menerus menghadapi berbagai tantangan dalam hidupnya, termasuk jadi korban bias gender.
Mulai dari dianggap nggak bisa melakukan hal berat di dunia pekerjaan, pandangan sebelah mata dalam hal pernikahan, hingga stereotip yang bikin muak.
Pekerjaan berat, perempuan mana bisa?
“Ah, kamu kan perempuan, jangan! Itu kerjaannya laki-laki.”
Familiar sama kata-kata kayak gini?
Jadi perempuan di dunia kerja memang nggak gampang! Pasalnya, data dari PBB saja menyatakan kalau sedikitnya 90% orang punya pandangan yang bias terhadap perempuan.
Banyak masyarakat yang sampai sekarang masih memandang kekuatan, keberanian, atau kemampuan itu diukur dari gendernya. Dan hal ini biasanya lebih menguntungkan laki-laki.
Secara global, hampir 50% laki-laki mengatakan mereka lebih berhak untuk melakukan suatu pekerjaan ketimbang perempuan, padahal perempuan juga berhak dipercaya.
Selain itu, pernah nggak sih kalian baca syarat pekerjaan yang nggak masuk di nalar dan jatuhnya malah seksis terhadap perempuan? Misalnya, perempuan harus ‘good looking’, bahkan sampai dipertanyakan keperawanannya.
Walau sekarang ini sudah banyak perusahaan yang melihat kandidat secara objektif, masih banyak juga perusahaan yang bias dan mencantumkan persyaratan yang seksis begini.
Hal-hal semacam inilah yang paling disoroti dalam tema International Women’s Day tahun ini.
@dojacat #stitch with @goodbrobadbro
Perempuan, pernikahan, dan pandangan sebelah mata
Di dunia pekerjaan, perempuan punya tantangan berupa pandangan bias, dan nggak berhenti sampai di situ. Urusan keluarga pun nggak kalah menantangnya.
Sudah capek-capek kerja, ‘working moms’ sering dipandang sebelah mata dan dibilang ‘nggak ngurus anak’. Sementara para suami selalu dapat poin plus kalau mereka mau mengurus anak.
Padahal, bukannya itu memang kewajiban bersama?
Sepertinya, istilah ‘Dapur, Sumur, Kasur’ masih sulit dilepaskan.
Belum lagi, citra jelek untuk perempuan yang bercerai. Pernah denger hal semacam ini?
“Janda penggoda, duda keren,”
Walau sama sama habis cerai, janda lebih sering mendapat stigma buruk, sampai-sampai diasosiasikan dengan kata-kata seperti ‘seksi’, ‘kegatelan’, hingga ‘penggoda’.
Memberantas bias, jangan berhenti di perayaan International Women’s Day
Memangnya, sepenting itu kah untuk memberantas bias-bias tadi? Iya, tentunya!
Dengan langgengnya bias gender kayak gini, perempuan bakal terus-terusan mendapat ketidaksetaraan dibanding laki-laki.
Padahal, kebanyakan hal yang laki-laki bisa lakukan, perempuan pun bisa kuasai.
Semoga dengan perayaan International Women’s Day 2022 ini, masyarakat bisa makin sadar akan pentingnya menghentikan bias gender yang terus menekan perempuan.
Video barusan merupakan kampanye karya anak bangsa bertajuk “Bersua Masa: Teruntuk Puan”.
Membahas tentang perempuan, tantangan, ambisi, dan upaya tutup telinga dari caci maki, Sesakata merangkainya dalam sebuah puisi.
“Langkahnya tak gentar untuk berlari, sambil berkata bahwa dunia tak hanya untuk laki-laki.”