Minggu 15 Maret 2020 lalu, Joko Widodo, selaku Presiden Indonesia mengumumkan di konferensi pers bahwa terkait kasus Coronavirus yang meningkat di Indonesia, masyarakat dihimbau untuk melakukan social distancing dan melakukan segala aktivitas sehari-hari di dalam rumah atau dikenal dengan istilah Work From Home (WFH).
“Saya minta agar masyarakat tidak panik, tetap tenang, tetap produktif dengan meningkatkan kewaspadaan agar sebaran COVID-19 bisa kita hambat“, ungkapnya. “Dan kini saatnya masyarakat untuk bekerja, belajar dan beribadah di rumah“.
(sumber: breakingnews.co.id)
Namun nyatanya, kegiatan WFH tersebut belum sepenuhnya diberlakukan. Untuk institusi-institusi pendidikan sudah mulai menerapkan himbauan tersebut, sedangkan untuk beberapa universitas dan perkantoran masih harus masuk untuk beraktivitas seperti biasanya.
Kebijakan di Jakarta
Di sisi lain, Anies Baswedan selaku Pemerintah Ibu Kota DKI Jakarta membatasi jam operasional transportasi umum seperti Transjakarta, MRT (mass rapid transportation) dan KRL Commuter Line untuk mendukung kebijakan Presiden Jokowi dalam menerapkan social distancing.
PT Transjakarta menerapkan social distancing dengan hanya mengoperasikan 13 koridor bus, mulai pukul 06.00 sampai 18.00 WIB, dan dengan jarak waktu kedatangan antar bus kurang-lebih 20 menit sekali.
(Sumber: PT Transjakarta)
MRT yang sekarang menjadi transportasi favorit warga Jakarta ini juga menerapkan pembatasan jumlah penumpang yang hanya berkisar menjadi 360 penumpang per kereta di seluruh stasiun.
Alhasil, pagi tadi penumpang transportasi umum menumpuk banget di sejumlah halte bus Transjakarta, Stasiun MRT maupun KRL.Warga Jakarta yang hendak menaiki transportasi umum tersebut terlihat mengantri panjang hingga keluar halte atau stasiun.
Suasana antrean masuk ke Stasiun MRT Dukuh Atas #darihaltekehalte pic.twitter.com/CfNeOJSKMu
— Dari Halte Ke Halte (@drhaltekehalte) March 16, 2020
Banyak warga yang masih harus beraktivitas diluar rumah mengaku bahwa pembatasan jam operasional transportasi umum ini malah menyulitkan. Mereka banyak yang terlambat dan terpaksa menggunakan angkutan kota (Angkot) atau ojol.
Salah satu penumpang, Novia yang pagi tadi diwawancarai oleh tim CNN Indonesia mengungkapkan ketidaknyamanannya ketika ingin menaiki Transjakarta dari halte Kampung Melayu.
“Pas mau masuk halte udah parah [antreannya], udah macet. Karena kan gantian kan Transjakartanya nunggu 20 menit-20 menit.”
Novia akhirnya terpaksa beralih ke angkutan kota (angkot) karena selain kedatangan bus yang lama dan sangat padat.
Penumpukan penumpang di sekitar lokasi halte atau stasiun juga disebabkan oleh adanya pemeriksaan suhu tubuh bagi para warga yang hendak menaiki transportasi umum di beberapa lokasi.
Dilansir dari CNN Indonesia, salah satu penumpang KRL Commuter Line dengan nama Rizky menjelaskan bahwa stasiun KRL di Bogor menerapkan sistem pengecekan suhu tubuh sebelum tapping kartu yang mengakibatkan antrian panjang.
“Antriannya mengular dan enggak tertib, hanya ada tiga thermal scanner yang digunakan di depan pintu tap in, itu pun petugasnya kelihatan nggak siap,” ungkapnya.
Jadi, kalo lo masih harus berpergian menggunakan transportasi umum yang disebutin di atas, mohon bersabar ya! Kalau nggak ada kegiatan yang penting-penting banget di luar rumah, mending stay at home dan selalu jaga kesehatan.