Berapa lama sehari lo menghabiskan waktu sibuk ‘memantau’ layar gadget, dan ‘terikat’ dengan semua teknologi yang ada? Sebagian besar populasi manusia di dunia rata-rata memiliki ‘pattern‘ yang sama untuk memulai hari. Hal yang pertama dicari pastinya adalah ‘handphone‘, lalu jari mulai ‘aktif’ untuk scroll trough Instagram feed, cek IGstory temen-temen, terus lanjut ngecek Twitter, and so on.

It seems where ever we go, we can’t be separated with ‘tech things’. One of the main reason we are addicted to ‘tech’ is because of what Internet has provided us and also affect our lives. Menariknya ditahun 2012 (which is 9 tahun lalu), seorang ilmuwan dari ‘Chinese Academy of Sciences‘ menemukan bahwa ada pengaruh buruk terhadap otak manusia yang begitu ‘kecanduan’ internet. Kerusakan tersebut sama bahayanya dengan apa yang disebabkan oleh kecanduan alkohol.

Kesimpulannya we are loving tech, because we are also so in love with the internet.

Back Before Internet Was The Trend

Buat lo generasi 90’an atau yang menghabiskan masa kecil sampai remaja disekitar tahun itu pasti paham bener seberapa internet merubah semuanya. Terutama on how we interact and connect with others, dulunya ngajak temen main itu gak semudah chat via aplikasi berpesan. Lo harus dateng ke rumahnya, dan teriak manggil nama temen lo.

Gua sendiri merupakan generasi 90’an, dan gua sadar bagaimana teknologi merubah semuanya.  Besar dalam keluarga yang cinta musik, rumah gua dipenuhi dengan banyaknya tumpukan kaset dan cd dari berbagai genre.

Di hari minggu, gua akan menghabiskan waktu bareng bokap untuk ‘browsingthe collection dan duduk bareng sambil dengerin kaset/cd pilihan tanpa harus peduli ngupdate apa yang kita dengerin. Dan salah satu memori gua adalah menyaksikan ‘live action‘ Ksatria Baja Hitam di Istora Senayan bareng bokap.

There’s no single person di venue itu yang sibuk ngerekam, melainkan we are so ‘into’ the moment. Meskipun gua yakin bener di era itu, sudah ada alat perekam. Experience yang gua rasain di waktu itu sangatlah ‘something to cherished‘, dan di era 90an juga sudah banyak teknologi canggih (VCR Tape, discman, konsol game,kamera, handycam, handphone,etc).

Kehadiran teknologi itu sangat berguna dan bermanfaat. Teknologi dimasa itu hanyalah sebuah ‘bantuan’ atau bisa dibilang bukan hal yang ‘harus’ dan membuat gua terikat, gua bisa aja ninggalin discman gua, ataupun matiin PS2 saat ada ajakan main dari temen.

Sosialisasi tetap jadi hal yang paling gua prioritasin, dan most of the time gua ingat semua masa itu karena gua always be ‘in the moment’. Kalaupun gua lupa ada hasil foto dari kamera analog (point to shoot) yang hasilnya kadang kebakar atau blur untuk bisa bawa gua ke moment itu.

How Internet Changes The Use of Technology

Then comes the internet, gua sih nginget banget internetan pake kabel telpon trus bunyinya gini ;

Waktu itu gua masih terlalu kecil untuk peduli sama peran internet, dan gak tau ‘how to maximizethe function of it. Yang gua tahu cuman pake internet buat bisa masuk ke miRC (if you know it, you’re now old). Internet membuat hal yang gak mungkin jadi mungkin, dan salah satunya ‘mendekatkan‘ yang jauh.

ASL PLS‘, that’s how you start a conversation di sebuat chat room miRC dan saat itu untuk mengakses internet belum semudah sekarang, gua sendiri harus ke warnet hanya untuk bisa ‘chatting’ setidaknya 1 jam.

image source ; https://kurio.id/

At that time, internet adalah bagian dari teknologi dan sebagian besar penduduk bumi menyambut hal tersebut dengan baik. Seiring dengan perkembangan teknologi dan zaman, internetnya yang tadinya hanya bisa diakses lewat komputer akhirnya mulai bisa diakses oleh lebih banyak orang dan mulai merambat ke ‘telepon seluler’

Salah satu memori gua adalah bisa mengirimkan pesan bergambar lewat MMS di N*kia 8130 (masih 8bit) dan teknologi pun terus berkembang sering perkembangan kemudahan akses interenet.

Hal lain yang gua inget banget adalah kehadiran VCD/DVD player, teknologi itu amaze gua banget. Gimana enggak dari Laser Disc yang segede gaban, berubah ke ukuran yang lebih kecil. But all those thing never attached me, and same with what i’ve said before, i prefer socialzing.

Technology, and Internet are not doing us more goods

Fast forward to what happens today, we are so ‘into’ the tech because of internet support. Suka atau tidak suka, internet membuat kita begitu lengket dengan teknologi, and many people said ‘tech’ is such a help.

But do you realise on how bad ‘tech’ has invaded our life, at this moment tech and internet are not doing us more goods

Delapan dari sepuluh orang yang gua kasih pertanyaan ‘mending lupa dompet, atau lupa hape?’ menjawab ‘dompet’, dari situ aja kita bisa lihat seberapa ‘tech‘ (smartphone) penting buat sebagian besar orang.

Speaking of the function of smartphone + internet adalah untuk berkomunikasi dan bersosialisasi dengan yang jauh, tapi nyatanya sekarang teknologi tersebut justru menjauhkan yang dekat. Such an irony, but that’s what happening now.

Kumpul bareng temen diatur lewat aplikasi ‘instant messaging‘, ketika udah ketemuan ternyata semua malah sibuk maenin ‘smartphone‘  dan mungkin malah ngobrol dengan orang lainnya. Terus apa gunannya ketemuan? Kalau semua sibuk sama ‘smartphone‘ masing-masing.

Sering banget kan kejadian, padahal seharusnya lo bisa menaruh fokus lo sama mereka yang ada disatu meja dengan lo, not your phone! Sama halnya ketika lo pergi ke sebuah konser musik, di era sekarang jarang banget lo bisa nonton konser tanpa kehalangan tangan-tangan penonton lain yang sibuk mencoba mengabadikan momen itu hanya untuk keperluan update sosmed.

Image result for crowd in concert
image source : https://ontheaside.com

Padahal harusnya orang bisa nonton dengan enjoy, dan benar-benar ‘be in the concert‘ tapi lagi-lagi teknologi malah jadi sebuah distraksi, mungkin yang sibuk foto dapet angle dan foto bagus, tapi gua rasa mereka inget moment itu kalo liat fotonya aja.

Agree or not technology udah mulai merubah manusia,  sebagian orang lebih perduli hasil dibanding proses. Contoh lain soal foto pake kamera digital, disatu sisi iya kamera digital memudahkan orang untuk bisa melihat dan me’review‘ hasil fotonya, tapi dari yang gua lihat justru bikin si fotografer atau orang yang difoto jadi khawatir’

‘Eh blur nih, ulang lagi’, sering kan denger kalimat itu, balik ke jaman foto pake ‘roll film‘ mana ada kata ulang?  Tinggal jepret, trus tunggu hasil develop-nya sambil deg-degan. Mau hasilnya blur, kebakar, light leaks tetep aja diterima kan?

Alasannya karena dulu teknologi belum memungkinkan lo dan gua buat update di sosmed demi mendapatkan likes segambreng.

To wrap it up gua cuman mau bilang bahwa teknologi itu gak selalu berdampak jelek, dan gak jarang juga emang memberi kemudahan tapi jangan ‘attached‘ banget sama teknologi, terutama internet and all those things called social media.

Hal yang paling penting sebenernya adalah ‘kehidupan nyata’ lo, gimana lo bisa ‘be present’ disetiap situasi dan menghargainya! Jangan cuman lihat dari sebuah hasil akhir, tapi hargai juga prosesnya.

Simple tips dari gua adalah batasi penggunaan all things called ‘tech‘ di hidup lo, and socialize more, meet your old friend and make new friend. Appreciate and breath in the moment!