Kemendikbud akan susun Kamus Sejarah Indonesia dengan metode Ensiklopedia Britannica
Baru-baru ini, penyusunan Kamus Sejarah Indonesia sempat menuai polemik. Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengatakan pihaknya bakal menyempurnakan lagi penyusunan kamus ini.
Penyusunan ulang Kamus Sejarah Indonesia juga bakal menggunakan metode Ensiklopedia Britannica. Ensiklopedia Britannica sendiri adalah ensiklopedia tertua berbahasa inggris yang terbit pertama kali pada awal abad ke-20. Banyak pihak menganggap ensiklopedia ini menjadi yang paling otoratif dan akurat.
Dalam sebuah diskusi daring via CNN, ia mengatakan kalau melihat dari Britannica, setiap lema memiliki satu penulis. Jadi itu yang akan kemendikbud buat.
“Saya kalau melihat dari misalnya sebagai contoh, dengan ensiklopedi klasik, seperti Britanica. Itu kan setiap lema ada satu penulis. Jadi, itu juga yang akan kita buat,” kata Hilman.
Kamus Sejarah Indonesia menuai protes
Kamus Sejarah Indonesia jilid 1 yang terbit pada 2017 ini sempat menimbulkan polemik lantaran gak memuat tokoh pendiri NU, Hasyim Asy’ari. Makanya Hilman berjanji bakal menyempurnakan kamus ini setelah tercetak meski penyusunannya belum selesai.
Ia juga akan melibatkan banyak pihak, termasuk NU dalam penyempurnaan kamus ini. Nantinya, setiap entri, lema, ataupun kata dalam kamus bakal ditulis langsung oleh pihak yang kompeten pada bidangnya.
Selain itu, setiap kata atau entri juga bakal menyertakan rujukan, kayak buku atau literatur lain yang mendukung pembaca buat mempelajari lebih dalam.
Meski begitu, Hilman mengaku gak berjanji dengan waktu penyelesaian kamus. Lantaran alasan gak masuknya tokoh pendiri NU pada tahun 2017 lalu adalah kurangnya waktu dalam pembuatan sehingga harus segera diselesaikan.
Ia juga menekankan narasi soal menghilangkan tokoh sejarah itu gak benar
Buntut dari kekeliruannya yang lalu, ia memutuskan untuk menarik buku dari peredaran, termasuk yang udah terunggah pada situs kemendikbud.
Secara bersamaan, ia juga senang karena momentum ini jadi pendorong untuk pihaknya dan masyarakat secara umum bisa berbicara sejarah lebih serius lagi.
“Memang keadaan seperti ini, mumpung semuanya lagi memperhatikan sejarah, ya hayuk. Sekalian. Dan saya kira kamusnya harus memberi representasi keragaman sejarah kita,” katanya.