‘Pulang kampung karena PHK.’
Pria bernama Maulana Arif Budi Satrio memilih untuk pulang ke kampung halaman setelah dirinya di PHK oleh perusahan tempat dirinya bekerja di Jakarta Timur. Salah satu alasan pemecatan dirinya adalah karena wabah Covid–19.
Karena kehilangan pekerjaan, dirinya memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya, di Kelurahan Sudiroprajan, Kecamatan Jebres, Solo. Namun dengan luar biasanya adalah, pria tersebut nekat pulang kampung dengan berjalan kaki dari Cibubur, Jakarta Timur sampai dengan Grising, Kabupaten Batang.
Tidak punya uang untuk ‘hidup’ di Jakarta
Pada tanggal 8 Mei, pria yang akrab disapa Rio menjelaskan kalau dirinya menerima berita PHK dari kantornya. Saat itu, Rio memiliki dua pilihan antara bertahan hidup di Jakarta atau pulang ke kampung halamannya.
Namun jika tetap berada di Jakarta, maka ia harus membayar uang sewa kontrakan dan memenuhi kebutuahn sehari-hari, namun kenyataanya adalah ia tidak memiliki pekerjaan dan uang untuk itu. Akhirnya dia memutuskan untuk pulang ke kampung halaman di Solo.
Berjalan kaki sejau 440KM
Seperti dikutip dari Kompas.com. Rio awalnya sempat berencana naik angkutan umum. ‘Saya mencoba naik angkutan umum, tapi sangat mahal. IDR.500.000 tarifnya. Terus bukan bus yang datang, melainkan ELF dan penumpangnya sudah melebih kapasitas.’ begitu tuturnya
Dia kemudian meminta kembali uang miliknnya, keesokan hari dia berencana pulang dengan meminjam kendaraan pribadi tapi sampai di Cikarang di cegat oleh petugas karena melarang Rio pulang kampung. Namun dirinya tetap mengotot karena tidak ada pendapatan sama sekali di Jakarta.
Setelah kejadian itu, dia akhirnya berfikir bahwa salah satu cara untuk bisa pulang adalah dengan berjalan kaki. Setelah shalat Subuh (Senin,11 Mei 2020), Rio berangkat meninggalkan Jakarta menuju Solo, meski sempat di cegah oleh teman-temannya, Rio yang tidak ingin merepotkan orang memilih untuk tetap jalan.
Bepuasa dan berjalan sejauh 100km setiap harinya
Rio sempat berhenti untuk beristirahat di Jatisari, Pamanukan dan setelah itu dirinya terus melajutkan perjalanan dan tiba di Cirebon pada Selasa, 13 Mei 2020 sekitar pukul 03.00 WIB. Setelah itu dirinya melanjutkan perjalanan sampai Kabupaten Batang, dan tiba di situ pada Rabu, 13 Mei 2020.
Dari situ perjalanannya berlanjut, dan akhirnya tiba di Grising pada Kamis, 14 Mei sore. ‘Setiba di Grising Kamis sore, saya di jemput oleh teman Peparindo dan di antar pulang ke Solo. Saya tiba di Solo hari Jumat sekitar pukul 08.00 WIB.
Meskipun harus berjalan kaki sejauh 100km setiap harinya, Rio menyampaikan kalau dirinya tetap berusahan untuk berpuasa, menurutnya medan terberat adalah saat dia berjalan kaki di kawasan Karawang Timur sampai Tegal.
‘Udaranya sangat panas.’ begitu ungkapnya. Rio yang singgah di warung makan untuk berbuka atau sahur sering mendapatkan kebaikan dari pemilik warung karena mereka iba mendengar Rio harus berjalan kaki untuk bisa pulang kampung.
‘Mereka terkejut. Terus saya mau bayar, pemilik warung tidak mau dibayar.’
Dikarantina setiba di Solo
Rio saat ini ada di gedung karantina milik Pemkot Solo yang berlokasi di Graha Wisata Niaga, Jalan Slamet Riyadi. Dirinya harus menjalankan 14 hari karantia di situ.
Selama masa karantina, semua kebutuhan makan disiapkan oleh Pemkot Solo. ‘Saya kaget! Di sini teman-teman ang juga menjalani karantina sudah seperti keluarga. Makan terjami, tidur nyaman. Saya dapat kasur baru yang masih di plastik. Sangat memanusiakan.’ begitu cerita Rio seperti dikutip dari Kompas.com
Selesai dari masa karantina, dirinya memiliki keinginan untuk berziarah ke makam kedua orang tuanya di pemakaman umum Bonoloyo, Kadipiro, Solo.
Source : Kompas.com
—
Miris dan terharu mendengar perjuangan pak Rio, sungguh tak terbayang apa rasanya harus berjalan kaki sejauh itu sambil terus menahan lapar, dan amarah.
Sehat selalu pak!