Meski penuh tato bak anggota Yakuza, pria ini adalah Kepala Desa
Stigmatisasi tato masih berkonotasi negatif di Indonesia. Bahkan tak sedikit yang mengaitkan tato dengan preman dan aksi kriminal.
Namun anggapan tersebut berhasil dipatahkan oleh sosok Welas Yuni Nugroho yang tengah jadi perbicangan di jagat maya.
Gimana nggak? Dengan sekujur tubuh yang dipenuhi tato, pria yang akrab disapa Hoho tersebut justru menjabat sebagai Kepala Desa Purwasaba, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara.
Baca juga: Konsumsi Ganja, Tikus Ini Jalani Rehabilitasi Karena Kecanduan!
Punya tato di sekujur tubuh, Kepala Desa ini sudah mulai merajah tubuh dari usia 19 tahun
Dilansir dari Kompas, Hoho ternyata sudah punya tato sejakduduk di bangku SMA.
Semula hanya pada bagian paha, kemudian menyusul bagian dada dan punggung. Namun, lama kelamaan, Hoho ketagihan untuk terus menambah tato di tubuhnya.
“Hampir 90 persen (badannya) penuh tato, yang bersih hanya wajah, leher, sama telapak tangan dan kaki,” kata Hoho dilansir dari Kompas.
Hoho menyebut, kali terakhir ia membuat tato adalah satu tahun lalu, tepatnya di bagian lengan.
Baca juga: Kisah Misteri Makanan yang Hilang Secara Misterius, Penyebabnya Terungkap Lewat Rekaman CCTV
Maju sebagai Kades, tato sempat picu kontra
Ketika Hoho maju sebagai kades, tato pun sempat jadi pro kontra. Bahkan jadi isu untuk menjatuhkannya.
“Pasti, lawan politik mau menjatuhkan, apalagi saya punya kekurangan, jadi omongan setiap hari, tapi saya enggak ambil pusing,” kata Hoho.
Ia juga mengaku tak pusing memikirkan anggapan negatif orang-orang sekitar tentang tato di tubuhnya.
Baca juga: Balap Liar Kini Nggak Lagi Pake Motor, tapi Lari!
Meski dicap negatif, Kades Purwasaba tersebut dikenal sebagai sosok yang baik
Terlepas dari tato yang bersemat di tubuhnya, Hoho selaku Kepala Desa terus fokus melayani publik. Ia bahkan rela merogoh kocek pribadinya untuk menjalani tugasnya tersebut.
Salah satunya dengan mengibahkan satu unit mobil pribadi untuk operasional desa.
“Masyarakat kecil sangat terbebani kalau harus mengeluarkan biaya transportasi ke rumah sakit. Saya sudah serahkan surat-surat mobil ke desa,” ujar Hoho.
Ia juga berencana untuk membeli mobil ambulans desa dari kantong pribadinya.
“Enggak pakai APBDes, karena terbatas, paling setahun Rp 1 miliar. Untuk infrastruktur saja (APBDes) belum mencukupi, kurang banget,” kata Hoho.
-
Rumah Kecil di Cipulir Ini Raih Penghargaan Arsitektur Internasional
-
Tawuran di Kalibaru, Cilincing Viral Karena Berlangsung di Laut, Bukan di Darat!
-
Isabella Guzman, Pembunuh yang Viral Karena Tersenyum Setelah Membunuh Sang Ibu
–
Apa pendapat lo tentang sang Kepala Desa Purwasaba dan stigmatisasi tato di Indonesia? Tell us what you think in the comments below!