Bermula dari kunjungan ke kosan teman
Beberapa waktu lalu, akun Twitter dengan nama pengguna @Biyan_sabil1 membagikan kisah mistis yang ia alami sendiri pada bulan Desember 2020 lalu.
Ketika itu, Biyan tengah mengunjungi kosan temannya yang berlokasi di Purwodadi, Grobogan Jawa Tengah.
Jaka, sang teman, tengah menempuh pendidikan perguruan tinggi di kawasan tersebut. Karena alasan itu pula, keduanya sudah 5 tahun tak berjumpa.
" PEMAKAMAN GHAIB MALAM HARI PURWODADI "
cerita asli yang pernah aku alami di tengah pandemi ini.
===== HORROR THREAD ===== pic.twitter.com/47KsqcKJrk
— Biyan Sabil (@Biyan_sabil1) April 11, 2021
Baca juga: Sosok Penghuni Kamar Kos Nomor 7, “Natasya!”
Sosok misterius di warung pak Slamet
Kedatangan Biyan disambut baik. Ditemani gorengan dan es kelapa, keduanya ngobrol hangat soal banyak hal; dari soal kehidupan sebagai anak pertama, kisah cinta, hingga ekonomi keluarga.
Percakapan itu terhenti ketika adzan Maghrib berkumandang. Biyan dan Jaka memutuskan untuk menghentikan obrolan sementara demi menunaikan sholat di masjid setempat.
Usai sholat, keduannya pun memutuuskan untuk menyantap nasi goreng milik pak Slamet (samaran) yang merupakan langganan Jaka.
“Eh yan, ini nasi goreng khas Tegal yang enak banget aku makan disini. Ayo Cok cepet kesana sebelum penuh,” ajak Jaka.
“Ayo a Jaka, wetengku ngeleh rek wkwkwkw (perutku laper). Gorengan doang gak cukup jebule,” jawab Biyan.
Namun sayangnya warung nasi goreng Pak Slamet ternyata tutup. Alih-alih pak Slamet, di warung tersebut justru terlihat seorang bapak-bapak yang terlihat tengah merapikan warung.
Ia mengenakan pakaian hitam yang compang-camping. Tangannya dihiasi gelang kayu yang banyak sekali.
“Pak Slamet kenapa ya pak, lah kok tiba tiba tutup, pak slamet sakit atau gimana?” ujar Jaka.
Jawaban bapak-bapak berbaju hitam tersebut pun tak terduga, bahkan raut wajah Jaka berubah seketika ketika mendengar responnya.
Ia menyebut bahwa pak Slamet meninggal beberapa waktu lalu di sebuah rumah sakit. Pemakamannya akan dilangsungkan pukul 9 malam di daerah Wirosari.
Keluarganya disana.
Dan di makamkan di daerah wirosari, kata bapaknya.Dan setelah di jelaskan bapak tadi dengan sangat ambigu, Jaka berniat kedaerah sana untuk menghadiri pemakamannya.
— Biyan Sabil (@Biyan_sabil1) April 11, 2021
Jaka yang simpati pun berniat untuk menghadiri pemakaman. Namun Biyan menolak karena lokasinya yang begitu jauh.
“Eh kita kan bisa yasinan aja di kosan Cok, ngapain jauh jauh kesana anjir jauh banget hampir mau sejam kita kesana,” kata Biyan.
“Kasian yan, aku Iki langganan dia terus dan hidupnya susah, kasian,” Jaka menanggapi.
“Tapi jauh itu anjir dari sini. Gak, aku yasinan di kosan aja. Kamu mau pergi pergi aja.”
Biyan pun kembali ke kosan sendiri. Sesampainya di sana, ia langsung mencuci muka dan kaki. Setelah sholat Isya, ia juga sempat membaca surat Yasin wabil khusus pak Slamet.
Tak lama berselang, Jaka tiba. Namun ia langsung bergegas untuk pergi kembali.
Dengan wajah melas, ia pun kembali membujuk Biyan untuk ikut ke pemakaman.
“Ayo si yan, ikut aku kesana si. Tak bayarin makan deh sebelum kesana,” bujuk Jaka.
Biyan yang khawatir pun akhirnya setuju.
“IYAAA, CEPET AYO, GAK USAH MELAS NGONO TAMPANGEE,” jawab Biyan.
Ah, karena aku khawatir kenapa kenapa si bocah ini sendirian kesana, akhirnya aku memutuskan untuk ikut dan nemenin so bocah ini.
🧑: IYAAA, CEPET AYO, GAK USAH MELAS NGONO TAMPANGEE
Akhirnya kita persiapan untuk pergi kesana dengan motor maticnya.
— Biyan Sabil (@Biyan_sabil1) April 11, 2021
Baca juga: Sosok Hitam Peneror Kos-an di Bantul!
Kisah mistis di pemakaman
Biyan dan Jaka berangkat ke pemakaman sekitar pukul 8 malam. Namun beberapa kejanggalan mulai mereka rasakan di perjalanan.
Motor yang mereka gunakan tiba-tiba terasa berat sekali. Keduanya bahkan sempat menduga bahwa ban motor tersebut bocor.
“Setelah kita turun berdua, kita mencoba memeriksa ban motor yang kita naikin, tapi lah ini kok kerasa berat banget. Pas setelah kita memeriksa ban, dan menengok keatas, aku melihat sesuatu sosok yang berdiri tegak diatas motor itu,” jelas Biyan yang bisa melihat makhluk gaib tersebut.
“Putih, berbentuk guling, dan ada tali diatas kepalanya siapa lagi the one and only kalo bukan si pocong kampret ini,” lanjutnya.
Biyan terkejut dan hampir terjungkal ke pinggir jalan. Ia pun melantunkan ayat kursi.
Menurut Biyan, sosok tersebut menghadap kedepan terus menerus, seakan ada sesuatu di depan sana. Ketika Biyan melantunkan ayat kursi, sang pocong menatap matanya dengan tajam dengan mata putih dan mulut yang hitam penuh darah kering.
Namun tak lama berselang, pocong tersebut pun menghilang bagai kabut asap yang hilang diterpa angin.
Jaka pun ikut bingung dengan kemunculan sang pocong, namun Biyan tak ambil pusing dan mengajaknya untuk lekas bergegas ke pemakaman.
Namun sesampainya disana, pemakaman tersebut terlihat sepi.
“Tidak ada ambulans, gak ada motor penziarah, dan sepi sekali ketika kita sampai disana. Aku mulai ragu masuk ke pemakaman ini. Namun rasa raguku mulai pudar ketika ada tenda dengan satu lampu dan ada beberapa orang yang mulai memasukan jenazah ke liang lahat,” jelas Biyan.
Kejanggalan lain kian terasa ketika keduanya berjalan menuju liang lahat.
Bau busuk bercampur melati tercium begitu menyengat. Bahkan baunya menembus masker yang dikenakan Biyan.
“Sesampainya di liang lahat, keanehan kembali muncul lagi,” jelas Biyan.
“Si Jaka melongo melihat beberapa orang yang mengantarkan pak Slamet ini. Di liang lahat ada dua orang dan satu jenazah, dan sekitar di liang lahat ada 5 orang yang justru hanya memandangi jenazah itu dari atas. Mukanya semua orang disana waktu itu pucat dan datar sekali tanpa ekspresi sedih atau seneng. Baju bajunya pun biasa aja disana.”
Rasa panik mulai muncul di benak Biyan dan Jaka ketika orang-orang tersebut menyeringai sambil menatap wajah mereka.
Perlahan-lahan, orang-orang tersebut berubah menjadi pocong yang sangat tinggi dengan ukuran sekitar 2,5 meter. Bahkan jenazah di liang lahat pun terbangun dengan mata merah menyala dan membuat Jaka kaget dan terjatuh.
Biyan dan Jaka pun bergegas kabur dengan berlari sekencang-kencangnya.
Ketika keduanya menoleh ke belakang, pocong-pocong tersebut pun terbang mengejar Biyan dan Jaka.
Sesampainya di gerbang pemakaman, keduanya menoleh ke belakang.
“Mereka berbaris dan memperhatikan kita dengan muka seram dengan mata yang hampir copot dan ada juga yang merah menyala. Pocong pocong tadi akhirnya terbang ke luar pemakaman dan tidak tau menuju kemana,” jelas Biyan.
Ketika keduanya ingin bergegas pergi, motor yang mereka gunakan juga sempat tertahan salah satu pocong.
“Terus aku coba mundurin itu motor dan mengambil ancang ancang untuk nerobos si pocong itu. Dengan penerangan lampu yang seadanya dan di tambah dengan lampu motor, kali ini aku yang nyetir karena Jaka masih syok liat pocong gede ini.”
Keduanya pun tiba di kosan dengan raut muka kusut dan penuh rasa takut pada pukul 12 malam.
Biyan meletakkan Alquran didepan pintu kosan agar terhindar dari gangguan yang tak diinginkan sebelum akhirnya beristirahat pada malam itu.
Rasanya nginjek pocong itu gimana ya, kayak nginjek polisi tidur tapi empuk gitu loh wkwkwkwkw. Eh si Jaka malah teriakk
👨: AAAAA POCONG NYA KELINDES COKKKK .
— Biyan Sabil (@Biyan_sabil1) April 11, 2021
Baca juga: Lagu Agnez Mo Jadi Inspirasi Novel Grafis Penerbit Komik New York
“Pak Slamet tidak meninggal dunia”
Keduanya pun berpisah di keesokan hari karena Biyan ingin pergi ke Jepara.
Sesampainya di sana, ia pun menceritakan kisah mistis ini kepada sang ayah.
Setelah diselidiki, ternyata pak Slamet tidak meninggal dunia. Ia memang pergi ke rumah sakit, namun untuk menjenguk saudaranya.
Jaka mengabarkan, pak Slamet ternayat kerap memimpikan pocong setiap malam.
Menurut ayah Biyan, hal ini terjadi karena adanya tali pocong yang bersemat di warung pak Slamet. Tujuannya adalah untuk menghambat pembeli datang.
“Akhirnya pak Slamet nyari tali pocong itu dengan si Jaka selama hampir dua jam dan gak ketemu ketemu. Tapi setelah ku sarankan untuk berdoa terlebih dahulu minta pertolongan Allah, akhirnya Alhamdulillah di berikan petunjuk bahwa tali pocong itu di taliin di Deket kabel lampu yang menempel di atas dinding,” tulis Biyan.
“Lalu setelah itu, pak Slamet membakar tali pocong itu dengan menyebut nama Allah terus menerus.”
Bapak bapak itu berarti siapa ya? Setan ? Manusia? Atau manusia berhati setan yang iri dengan pak Slamet? Wallahu alam.
Makasih ya udah mau baca
— Biyan Sabil (@Biyan_sabil1) April 11, 2021