Lomba mural berhadiah Piala Kapolri disebutkan digelar oleh Divisi Hubungan Masyarakat (Humas Polri).
Informasi tersebut juga dibenarkan oleh Karo Penmas Divis Humas Polri Brigjen Rusdi Hartono. Namun kepastian waktu pelaksanaan lomba itu masih dalam pembahasan.
“Iya benar, tapi masalah waktu masih dirapatkan,” tutur Rusdi sebagaimana dilansir CNNIndonesia, Kamis (16 September).
Gelaran lomba ini juga mendapat konfirmasi oleh Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Ahmad Ramadhan.
Penghapusan mural jadi isu terhangat, begini respon Joko Widodo
Seperti diketahui, belakangan sejumlah mural bernuansa ‘kritik’ kerap dihapus oleh aparat. Alasanya karena melanggar dan menggangu ketertiban umum.
Terkait hal tersebut, Presiden Jokowi mengatakan bahwa sudah menegur Kapolri terkait tindakan reaktif aprat terhadap para pelaku mural yang berisi kritik ke permintah.
“Saya sudah tegur,” tutur Jokowi dalam pertemuan dengan sejumlah pemimpin redaksi media di Istana Kepresidenan pada Rabu (15 September).
Jokowi juga mengaku tidak mengetahui perihal penangkapan, termasuk soal penghapusan mural. Namun dari informasi yang diterima, tindakan itu merupakan inisiatif petungas di lapangan.
“Kapolri mengatakan itu bukan kebijakan kita, tapi Kapolres. Dari Kapolres juga bilang bukan kebijakan mereka, melainkan Polsek,” imbuhnya.
Jokowi juga menegaskan bahwa dirinya tidak ‘alergi’ terhadap kritik sebagaimana yang sering dituduhkan.
Lomba mural berhadiah Piala Kapolri yang digelar Polisi menuai kritik dari para seniman
Dilansir dari CNNIndonesia, lomba yang diselenggara oleh Polri menuai kritik dari para seniman. Mereka menyebut lomba itu sia-sia dan sama sekali tidak menunjukan sikap ‘terbuka’ pemerintah terhadap krikit.
Seniman mural Anti-Tank Project, Andrew, mengaku tidak berminat untuk mengikuti lomba tersebut. Pasalnya kegiatan itu, dinilainya tidak berkontribusi pada perbaikan pemerintah.
“Tidak [ikut], karena kegiatan itu tidak berkontribusi pada perbaikan lembaga. Jadi sia-sia mengikutinya,” tutur Andrew, Kamis (16 September).
Kendati demikian, dirinya mengaku tidak jika pemerintah melalui institusi Polri mengadakan lomba mural. Hanya saja, dia menganggap penyelenggaran itu memicu keganjilan karena diselenggarana ditengah banyak kritik terhadap pemerintah terkait maraknya penghapusan mural berbau kritik.
Ia menyinggung bahwa lomba itu mungkin hanya cara pemerintah untuk kembali mendapatkan kepercayaan publik soal kebebasan berekspresi, bukan bukti terbuka akan kritik.
Seniman mural lain, Anggard juga mengaku tidak akan terlibat. “Jelas saya enggak akan ikut, posisinya peda. Lomba tidak sesuai kompetensi saya, malah menjatuhkan sikap saya dalam karya selama ini. Tidak sesuai prinsip,” pungkasnya.
Ia juga mempertanyakan tema yang akan dipilih dalam lomba tersebut. “Saran saya sih temanya kritik kepada pemerintah agar membangun pemerintah biar sadar apa yang sebaiknya dilakukan,” tuturnya.