Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Sriwijaya (Unsri) mengatakan mahasiswi pelapor pelecehan oleh dosen dicoret dari yudisium fakultasnya.
Bukan cuma itu, terjadi juga kericuhan dalam prosesi yudisium pada Jumat (3/12), terlihat dari sebuah video yang beredar. Korban protes karena namanya dicoret dari daftar yudisium, tepat setelah ia melaporkan kasus pelecehan yang menimpanya.
Namun demikian, pihak kampus menyatakan dua hal tersebut tak berkaitan.
Tak izinkan mahasiswi ikuti yudisium, pihak Unsri bantah kaitan kasus pelecehan seksual
Mahasiswi berinisial F yang berasal dari Fakultas Ekonomi Unsri itu merupakan korban kasus pelecehan seksual oleh dosen. Ia pun sempat melapor ke Polda Sumatera Selatan.
Walau kejadian pencoretan namanya dari yudisium itu terasa mencurigakan, mengingat terjadinya beberapa waktu setelah pelaporan, pihak kampus membantahnya.
“Terkait pemberitaan itu tidak benar, jadi jangan kait-kaitkan dengan kasus (pelecehan seksual) itu.” bantah Wakil Rektor 3 Unsri Iwan Setia Budi, melansir Kompas.
Katanya, alasan pihak kampus mencoret nama korban dari yudisium adalah kondisi pandemi.
Pencoretan dari yudisium jadi salah satu tindakan intimidasi?
Bicara soal kasus pelecehan seksual di lingkungan kampus tak ada habisnya. untuk itu, Ikatan Keluarga Alumni Universitas Sriwijaya (IKA Unsri) membentuk tim advokasi untuk mendampingi mahasiswi korban pelecehan seksual dosen hingga mendapat keadilan perkara tersebut.
“Kami harus membentuk tim ini, karena kami menduga ada upaya menghalangi dan mengintimidasi korban yang memutuskan untuk menempuh jalur hukum.” ujar ketua tim advokasi IKA Unsri M. A. Yan Iskandar, mengutip Merdeka.
Menurutnya, pencoretan nama korban dari daftar yudisium adalah salah satu contoh tindakan intimidasi dalam agenda yang mereka jadwalkan secara sepihak.
Belum lagi, dalam prosesi yudisium itu, korban juga diduga sempat disekap dalam toilet Fakultas Ekonomi kampus Indralaya, Kamis pagi.
Kejadian tersebut ia dapatkan dari keterangan para saksi yang berada di lokasi kejadian. Katanya, saksi mendengar teriakan korban yang meminta tolong untuk keluar dari toilet.
“Harusnya pihak rektorat membuka diri agar fakta sebenarnya terungkap.” tegasnya.
—
Baca juga: