Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang diberi makanan yang dikemas dengan makanan ultra proses (UPF) rentan mengalami kerusakan gigi seperti misalnya sturktur gigi yang overbite atau tonggos.
Makanan dengan zat aditif memang punya image buruk karena risikonya pada kesehatan
Makanan yang mengandung zat aditif seperti keripik dan permen punya image yang cukup buruk selama beberapa dekade karena terkenal akan risikonya.
Berdasarkan sejumlah penelitian yang telah dipublikasi, mengungkap adanya keterkaitan makanan-makanan ultra proses tersebut dengan berbagai penyakit mulai dari diabetes tipe 2, penyakit jantung, kanker.
Ahli Kedokteran Gigi Anak di Spanyol ungkap makanan ultra proses berisiko sebabkan gigi tonggos
Dr Laura Marques Martinez, seorang ahli kedokteran gigi anak di Universitas Katolik Valencia dan sejumlah rekan peneliti dalam sebuah studi, mengatakan hal tersebut diakibatkan oleh pengunyahan yang berpengaruh dalam perkembangan rahang karena dapat merangsang penyelarasan gigi.
“Mengunyah memainkan peran penting dalam perkembangan rahang karena merangsang pertumbuhan tulang, memperkuat otot-otot wajah, dan meningkatkan keselarasan gigi,” kata Dr Laura sebagaimana yang diberitakan The Telegraph, Senin, 12 Januari 2025.
Para ilmuwan Spanyol yang memantau lusinan anak-anak menemukan bahwa mengonsumsi makanan yang bahan utamanya terdiri dari makanan ultra proses, yang biasanya lunak dan sangat enak, berdampak pada perkembangan rahang.
“Di sisi lain, pola makan yang didasarkan pada makanan ultra proses, yang lembut dan hanya membutuhkan sedikit usaha untuk mengunyah, berdampak negatif terhadap perkembangan rahang,” ujarnya.
Memperbanyak konsumsi buah, sayur, dan makanan alami bisa latih rahang anak sejak dini
Dalam analisanya tersebut, Dr Laura Marques Martinez menilai dengan mengonsumsi makanan alami seperti buah, sayur, atau protein alami dapat melatih rahang anak-anak agar terhindar dari risiko gigi tonggos.
“Mengunyah makanan padat dan berserat, seperti buah-buahan, sayuran, atau protein alami, melatih rahang, membantu mencegah masalah seperti maloklusi (ketidaksejajaran gigi) dan kekurangan ukuran dan bentuk lengkung gigi,” ungkapnya.
Para peneliti di Inggris melacak kebiasaan makan anak usia 3-5 tahun
Penelitian di Inggris menunjukkan bahwa setengah kalori dari balita-balita di sana mereka dari dapatkan dari diet makanan ultra proses. Angka tersebut mencapai 59 persen di antara anak-anak berusia tujuh tahun.
Dalam studi tersebut, para peneliti melacak kebiasaan makan, struktur gigi, dan bentuk tengkorak 25 anak berusia tiga hingga lima tahun.
Mereka menemukan bahwa anak-anak yang mengonsumsi makanan lunak lebih cenderung memiliki gigi yang patah dan tidak memiliki celah alami, yang dibutuhkan pada masa kanak-kanak untuk menghasilkan gigi yang lebih besar di kemudian hari.
Pakar sebut ada epidemi ratusan tahun yang ditandai peningkatan pemasangan behel di usia dini
Salah satu pakar diet terkemuka di Inggris, Profesor Tim Spector, juga mengatakan jika sebenarnya epidemi penyusutan rahang telah terjadi selama berabad-abad.
“Kita telah mengalami epidemi penyusutan rahang ini selama beberapa ratus tahun, namun epidemi ini semakin meningkat dalam dua dekade terakhir,” kata Prof. Tim Spector dikutip dari The Telegraph, Rabu, 15 Januari 2025.
Salah satu hal yang memperkuat analisa tersebut adalah peningkatan secara signifikan kasus orthodontic yang dialami anak-anak.
Salah satunya dengan peningkatan pemasangan atau penggunaan kawat gigi atau behel akibat struktur gigi yang berantakan.
“Sebagai akibatnya, kita melihat peningkatan besar dalam masalah ortodontik pada anak-anak–penggunaan kawat gigi secara besar-besaran, dan gigi yang jauh lebih bengkok.”
Let uss know your thoughts!
Feature Image Courtesy of Unsplash/Quang Tri NGUYEN