Berdasarkan riset tahun 2018
Indonesia diketahui mengalami masalah kesehatan mental yang cukup serius.
Terkait hal tersebut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan bahwa berdarasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) 2018, dipastikan ada 1 dari 10 orang yang mengalami gangguan kejiwaan.
“Di Indonesia, 1 dari 0 orang mengalami gangguan jiwa,” tuturnya melalui pemaparan dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (7/11).
Screening kejiwaan masih lemah
Dia juga mengaku kalau masih banyak kasus kejiwaan yang belum terdeteksi karena cara screening masih kurang oke.
Sejauh ini metode yang kerap digunakan hanya mengandalkan kuesioner untuk diagnosis, padahal tidak semua gangguan kejiwaan bisa terdeteksi dengan cara tersebut.
Gangguan kecemasaan sulit terdeteksi
Budi juga menjelaskan kalau gangguan kecemasan (anxiety) masih sangat sulit dideteksi, padahal ‘jenis’ itu banyak dialami masyarakat.
Jika tidak mendapat penanganan yang tepat, bukan tidak mungkin akan berkembang menjadi masalah serius seperti depresi atau skizofrenia.
Fokus pada perbaikan screening
Terkait hal tersebut, pemerintah akan terus berfokus pada perbaikan screening yang ke depannya akan semakin canggih.
“Screening akan kita perbaiki agar semua Puskesmas bisa melakukan screening jiwa. Karena ini tinggi sekali [kasus gangguan jiwa] dan seharusnya bisa ditangai lebih baik,” kata dia.
Rencananya mereka akan menyiapkan metode screening canggih di seluruh puskesmas.
Selain itu ada juga fasilitas khusus pasien yang memiliki gangguan jiwa, jadi tidak harus ke rumah sakit jiwa (RSJ).
Kurangi stigma pada gangguan jiwa
Adapun ide tersebut dilatarbelakangi agar masyarakat bisa lebih peduli dengan pasien dan bisa mengurangi stigma tentang gangguan jiwa.
Top image via Taylor Deas-Melesh/Unsplash
—
Let us know your thoughts!
-
Sekjen PBB Sebut Gaza Jadi “Kuburan Anak,” Desak Gencatan Senjata Kemanusiaan
-
Polusi Udara Makin Parah, India Jalankan Sekolah Online
-
Fans yang Terlalu Terobsesi Sama Idola Cenderung Kurang ‘Cerdas’?!