Bukan langkah jitu

Menkes Budi Gunadi Sadikin menjelaskan kegiatan semprot-semprot jalan bukanlah langkah jitu untuk melawan polusi udara.

Katanya, kegiatan itu hanya memindahkan polusi dari satu tempat ke tempat lain.

Jepang Mulai Buang Limbah Air Radioaktif ke Samudra Pasifik, Apa Penyebabnya?

Penyemprotan di udara bakal lebih efektif?

Terkait kegiatan penyemprotan, Menkes Budi menyebut jika dilakukan di udara, bukan di tanah, maka area yang terjangkau akan lebih luas.

Partikel PM2,5 banyak beredar di udara atas, bukan di bawah…, Jadi sebenarnya kalau menyemprot harus di atas, bukan di bawah,” kata Menkes di Jakarta.

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/hp.

Studi: Setengah Populasi Dunia ‘Mungkin’ Punya Penyakit Mental Di Umur 75 Tahun

Polusi udara terbagi dalam dua jenis

Menkes juga mengungkapkan bahwa polusi udara terbagi menjadi dua jenis: gas (seperti nitrogen monoksida, sulfur monoksida, dan karbon monoksida) serta partikel (termasuk PM2,5 dan PM10). Menurutnya, hujan lebat dan angin kencang adalah faktor alami yang mampu mengurangi partikel PM2,5 secara cepat.

Pada tanggal 17 Agustus sendiri, Jakarta terasa sejuk karena angin kencang.

Secara enggak langsung, indeks kualitas udara juga langsung jadi kuning.

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/nym.

BMKG: Gletser Pegunungan Papua ‘Terancam’ Hilang Sebelum 2026

Biang kerok polusi udara

Menyoal polusi udara ini, Menkes bilang ada tiga biang kerok utama, yaitu transportasi, pembangkit listrik uap batu bara, serta pabrik yang kerap menggunakan batu bara dan bahan karbon lainnya.

Let us know your thoughts!