Penjelasan ilmiah di balik suhu Jakarta yang terasa lebih dingin
Ngerasa Jakarta dingin? Kalo iya, lo nggak sendirian.
Penurunan suhu tersebut ternyata bukan dipicu frekuensi hujan yang meningkat beberapa waktu belakangan. Namun juga karena adanya fenomena Indian Ocean Dipole Mode alias IOD.
Baca juga: Punya 1,2 Juta Subscriber dan Penghasilan Rp150 Juta, YouTuber Ini Malah Dituding Kaya Karena Pesugihan
IOD, penyebab Jakarta dingin
IOD adalah fenomena yang terjadia karena adanya anomali suhu permukaan laut.
Penyebabnya adalah interaksi lautan dan atmosfer. Hal tersebut pun memicu variablitias iklim antar tahunan di Samudera Hindia
Variablitias iklim adalah variasi iklim dalam keadaan rata-rata atau statistik lain di semua skala temporan dan spasial pada satu periode waktu tertentu (seperti: satu bulan, musim atau tahun).
Biasanya fenomena ini terjadi pada bulan Mei atau Juni dan intensitasnya akan meningkat di bulan selanjutnya.
Baca juga: Jepang Dirikan Perguruan Tinggi Kari, Pertama dan Satu-Satunya di Dunia
Akan terasa hingga akhir Juni
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto pun sempat angkat suara menyoal fenomena ini.
“Kalau kita lihat (suhu udara) terpantaunya normal, memang ada semacam gangguan atmosfer Indian Ocean Dipole Mode-nya masih negatif. Nah, ini yang menyebabkan pertumbuhan perawanan sehingga kalau setiap sore itu masih terjadi hujan,” kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto kepada wartawan, Rabu (23/6/2021).
“Jadi agak terasa dingin, ini beberapa hari diperkirakan oleh BMKG itu sampai nanti akhir bulan Juni,” kata dia.
Sementara untuk hujan, Guswanto menyebut penyebabnya adalah aliran massa udara lembap dari Samudera Hindia ke wilayah Indonesia.
“Udah hampir satu bulan ini. Seharusnya bulan Juni hujan itu sudah jarang, tetapi dikarenakan ada gangguan dari adanya Indian Ocean Dipole Mode-nya itu negatif, maka itu akan membawa uap air dari Samudra Hindia masuk ke Indonesia. Kedua, adalah gelombang atmosfer Rossby yang memicu hujan di wilayah Indonesia,” kata dia.