Seorang gadis Myanmar berumur 16 tahun hidupnya berada di ujung tanduk setelah tertembak peluru aparat keamanan Selasa, 16 Maret. Tragedi ini terjadi saat ia terjebak dalam sebuah baku tembak dalam demonstrasi anti kudeta.
Myanmar memang sedang mengalami kekacauan sejak militer menggulingkan Aung Suu Kyi dalam kudeta 1 Februari. Hal ini tentunya memicu pemberontakan massal oleh orang-orang yang menuntut untuk kembali ke demokrasi.
Makin banyak warga sipil jadi korban aparat Myanmar
Melansir CNA, pihak berwenang semakin beralih ke cara yang mematikan untuk ‘mengatasi’ perbedaan pendapat. Makanya, makin banyak warga sipil yang jadi korban sekarat karena luka tembak.
Korban paling baru saat ini adalah seorang perempuan muda dengan nama samaran Ngwe Oo. Penembakan ini terjadi di Wundwin, sebuah kota terpencil di wilayah Mandalay.
Mirisnya, saat itu Ngwe Oo sedang dalam perjalanan ke pasar ketika peluru karet menghantamnya.
“Ia hanya mau beli sayuran, tapi aparat keamanan menembaknya dari kejauhan.,” seorang dokter dengan nama samaran La Min berkata pada AFP hari Rabu. “Dia bahkan tidak ikut protes.”
Gadis Myanmar itu harus melewati enam jam perjalanan menuju rumah sakit
Orang tua Ngwe Oo langsung melarikannya ke rumah sakit dengan panik dan harus melewati perjalanan selama enam jam.
Perjalanan ini penuh risiko karena adanya kendala sistem perawatan kesehatan dan jam malam oleh junta militer. Ketidakpercayaan orang tuanya terhadap layanan rumah sakit militer mengharuskan mereka membawa gadis itu ke klinik yang dikelola badan amal.
Namun, pihak klinik hanya membalut kepalanya dan menyatakan bahwa lukanya terlalu serius. Akhirnya, orang tua gadis Myanmar itu memutuskan untuk pergi ke rumah sakit kota.
Lagi-lagi, rumah sakit menyatakan tidak bisa merawat Ngwe Oo dan merujuk mereka ke rumah sakit militer terdekat di Pyin Oo Lwin. Tiga jam perjalanannya.
Akhirnya Ngwe Oo tiba di rumah sakit militer
Tadinya, mereka berusaha mencari jalan lain dan tetap tidak ingin pergi ke rumah sakit militer. Namun, waktu itu sudah pukul 20.00 dan militer memberlakukan jam malam, di mana orang yang berada di luar akan mereka tangkap.
Akhirnya, mereka tidak punya pilihan lain selain pergi ke rumah sakit militer. Selama perjalanan, Ngwe Oo dalam kondisi sadar walaupun mengalami pendarahan di kepalanya.
Sesampainya di rumah sakit, remaja 16 tahun itu menjalani CT scan. Hasilnya, bagian tengkorak yang patah sudah masuk ke sisi kanan otaknya sehingga kemungkinan besar ia meninggal jika tidak operasi.
Dengan operasi pun peluangnya hanya 50-50. Sehari setelah tiba di rumah sakit, nasibnya masih belum jelas. Dokter berkata bahwa ia kehilanga banyak darah setelah operasi.
“Saya sangat sedih dan mengkhawatirkan dia,” kata ibu gadis Myanmar ini dalam tangisnya.
—
Baca juga: