Prekuel kisah klasik masa kecil dengan advanced photorealistic animation

Storytelling yang imersif dibarengi ketajaman visual tak masuk akal.”

 

Bintang: 4/5

 

“Mungkin Mufasa jadi salah satu contoh kalo nggak selamanya jalur ordal mulus jalannya.”

 

Rating: PG/Bimbingan Orang Tua

 

Genre: Animation/Musical/Adventure/Comedy/Drama

 

Sinopsis

Mufasa: The Lion King merupakan prekuel dari kisah klasik The Lion King, yang dirilis perdana 3 dekade lalu. Film ini mengisahkan tentang perjalanan penuh tantangan dari Mufasa yang bermula dari hilangnya anak singa tersebut usai terpisah dari orang tuanya, hingga menjadi raja hutan yang diakui kehebatannya oleh banyak hewan.

 

Pemeran: Aaron Pierre, Kelvin Harrison Jr., Tiffany Boone, Kagiso Lediga, Preston Nyman, John Kani, Blue Ivy Carter, Mads Mikkelsen, Seth Rogen, Beyoncé

 

Sutradara: Barry Jenkins

 

Produksi: The Walt Disney Studios

 

Nonton di: Bioskop mulai 18 Desember 2024

 

Review

Tak lagi berfokus pada kehidupan Simba (Donald Glover), kini cerita berpusat pada perjalanan masa lampau sang ayah, Mufasa (Aaron Pierre). Sang legenda ternyata banyak melewati kesulitan saat menjadi yatim piatu setelah terpisah dari orang tuanya.

 

Mulai dari ditolak & diasingkan oleh kawanan singa hingga ancaman dari kawanan binatang liar yang buas nan bengis. Namun, bersama Taka (Kelvin Harrison Jr.) Mufasa bertemu dengan hewan-hewan baru yang mewarnai petualangannya mencapai sabana indah yang diragukan keberadaannya, ‘Milele’.

 

Kehadiran Mufasa: The Lion King rasanya kian menambah variasi list tontonan bioskop saat momen liburan akhir tahun. Film ini rasanya patut jadi pertimbangan untuk ditonton karena sang penulis skenario (Jeff Nathanson) menyuguhkan story telling yang menarik lewat karakter Rafiki (John Kani) ketika mendongengkan perjalanan hidup sang raja rimba.

 

Prekuel dari sebuah film animasi yang rilis 30 tahun lalu ini menyapa para penggemar dengan suguhan visual yang membuat kami berdecak kagum berkat ketajaman visual yang cukup attention to details. Kami sampai bolak-balik mengedarkan pandangan di tiap sudut layar studio karena tidak mau rugi, ingin menyaksikan teknologi photorealistic animation yang improved dibanding film remake sebelumnya The Lion King (2019).

 

Film keluarga nggak lengkap tanpa unsur komedi, untungnya sang sutradara (Barry Jenkins) menyisipkan humor dalam porsi yang cukup di Mufasa: The Lion King ini. Meski—sayangnya—film ini agak membuat kami kebingungan dengan karakternya. Rasanya tidak ada banyak ciri spesifik yang membuat kami dapat dengan mudah membedakan tokoh singa dalam kawanannya, karena appearance mereka yang mirip-mirip.

 

Ibarat minuman…

Espresso Double Shot

Kopi paling strong yang nggak semua orang suka, soalnya identik dengan rasa pahit yang dominan.

 

Film yang cocok kalo…

Cocok ditonton bareng: Kawan lama yang emang ngikutin cerita Simba dari kecil

 

Cocok untuk penggemar film: “The Lion King”, “Tarzan”, “Madagascar”

 

Yang dirasain setelah nonton: Pengen berpetualang ke alam bebas, terus mampir ke padang sabana

 

Yang Mungkin Dibutuhin Setelah Nonton

  • Nonton franchise dan remake The Lion King: Biar makin ngerti jalan ceritanya yang saling terhubung

 

  • Temen yang suka jalan ke alam: Supaya bisa bareng-bareng berpetualang menyusuri alam setelah nonton film dengan genre adventure ini

 

  • Ensiklopedia online atau offline: Buat nyari tau latar tempat yang dipake di film Mufasa: The Lion King, contohnya savana ‘Milele’.

 

Skala Ngantuk

2 dari 10

*semakin tinggi skornya, semakin boring filmnya.

 

CTA: Apa pendapat kalian soal film franchise The Lion King ini?

 


Let uss know your thoughts!