Masker adalah salah satu hal paling wajib untuk kita pakai di masa pandemi. Dari yang tadinya bertujuan untuk kesehatan, kini masker juga orang jadikan sebagai ‘pelengkap’ pakaian sehari-hari.
Selain itu, gak sedikit juga yang memakai masker dengan tujuan menjaga privasi, bahkan hingga mengalami ‘ketergantungan’, melansir Vice. Sepotong bahan yang menutupi muka kita itu seakan jadi hal normal baru di hidup kita.
Walaupun sudah bebas, orang tetap pakai masker
Menurut pedoman CDC (Centers for Disease Control) Amerika Serikat, warga yang sudah vaksin boleh melepas masker mereka. Kebijakan ini mereka perbarui sejak sekitar minggu lalu.
Walau sudah ada beberapa tempat juga yang memiliki kebijakan serupa, ilmuwan dari Jepang melihat adanya kecenderungan untuk orang terus memakai masker. Bukan serta-merta beralasan mencegah penularan virus, orang-orang mengalami ‘ketergantungan masker’, sebuah istilah oleh konselor Yuzo Kikumoto.
Yang namanya ‘ketergantungan masker’ ini adalah keadaan di mana seseorang pakai masker, bukan untuk alasan kebersihan. Biasanya, sih berhubungan dengan anonimitas dan anxiety (alias kecemasan).
Masker sebagai ‘tameng’ dari situasi sosial
Mengutip Strait Times, di Jepang sangat lumrah untuk orang-orang pakai masker dengan alasan selain untuk kesehatan maupun kebersihan.
Saat sekarang (sejak pandemi), orang pakai masker untuk melindungi diri dari virus. Namun sudah banyak orang yang memakainya sebagai ‘tameng’ dari situasi sosial yang bisa men-trigger kecemasan.
Satu contoh kasus datang dari seorang ibu rumah tangga Akari Yamamoto (nama samaran). Ia memiliki putra berumur tujuh tahun yang mengalami ‘ketergantungan masker’.
Orang asal Yokohama itu menjelaskan, bahwa putranya tetap memakai masker, meskipun taman bermain ataupun jalanannya sepi tidak ada orang. Bahkan, di dalam rumah pun, ia enggan membuka maskernya. Katanya, ia tidak ingin orang lain melihat wajahnya.
—
Karena kebiasaan, jadi kebablasan pakai masker. Asal gak bikin sampah makin numpuk, deh!
Baca juga: