Paguyuban pedagang Malioboro ternyata gerah dengan keberadaan viral yang mengeluhkan harga pecel di Malioboro, Yogyakarta terlalu mahal.

Pasalnya beberapa hari terakhir video itu menjadi pembahasan netizen dan juga memancing perdebatan di Internet. Akhirnya, Paguyuban Lesehan Malam Malioboro menyampaikan respon keberatan mereka terkait video itu.

Paguyuban Pedagang Malioboro minta klarifikasi

Secara administratif mereka mengklaim area tersebut sudah sedikit keluar dari wilayah Malioboro. Karenanya, paguyuban lesehan memberi opsi bagi wisatawan pembuat video untuk memberikan klarifikasi atau dilaporkan ke pihak berwajib.

Teman-teman merasa dirugikan dengan statement mbaknya yang ingin viral itu mungkin. Teman-teman berencana kalau tidak segera ditarik atau klarifikasi, akan kita gugat balik karena mencemarkan nama Malioboro. Itu di luar Malioboro tetapi yang disebut Malioboro,” tutur Ketua Paguyuban Lesehan Malam Malioboro Sukidi seperti dilansir dari Kompas, Kamis (27 Mei).

Lebih lanjutnya Sukidi menyebut, warung yang dimaksud dalam video berlokasi di Jalan Perwakilan, salah satu gang yang bisa ditembus dari Jalan Malioboro.

Ia menambahkan bahwa Jalan Malioboro dikelola UPT Maliboro di bawah Dinas Kebudayaan Yogyakarta, sedangkan Jalan Perwakilan diatur kecamata setempat.

Paguyuban Pedagang Malioboro Berniat Gugat Netizen yang Protes Harga Lele Mahal, Ini Alasannya
via Ngopibareng.id

Karena perbedaan wilayah administratif inilah, Sukidi menilai video itu sudah salah memberi informasi. Karena warung pecel mahal bukan di Malioboro.

Sementara itu, terkait apa ancaman gugatan hukum dari paguyuban lesehan masih belum diketahui.

Usai penyelidikan, Pemkot pastikan tidak ada pedagang yang menaikan harga

Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi menyebut, pihakanya sendiri sudah melakukan penelusuran terkait video viral. Namun, hasilnya tidak ditemukan pedagang yang menaikan harga.

Jadi dari penulusuran tim Jogoboro dan sudah ketemu dengan seluruh pedagang dan pimpinan komunitas, di sepanjang Jalan Malioboro tidak ada,” tuturnya.

Heroe Poerwadi, via Jogja Daily

Ia juga menuturkan bahwa seluruh paguyuban pedagang di kawasan Malioboro sepakat untuk tidak menaikan harga dengan tidak wajar. Bahkan akan ada sanksi tegas jika ada pelanggaran, salah satunya menutup tempat usaha secara permanen.

Saya sendiri sebelumnya sudah bertemu dengan para pedagang dan pimpinan komunitas Malioboro untuk deklarasi bahwa kita harus menjadikan Malioboro sebagai kawasan nyaman bagi wisatawan. Menyajikan dan menjual harga yang wajar dan tidak ‘nuthuk’,” imbuhnya seperti dilansir Republika, Kamis (27 Mei).

Well, terkait kegaduhan ini ada beberapa kicauan di Twitter yang menyebut bahwa memang pedagang di sana sering kurang jujur dan acap kali saat membayar, harganya berbeda dengan menu.

Jujur gua sendiri bingung, karena sudah lama banget gak ke sana. Jadi gak tahu mana yang bener.