Invasi Kapibara di Nordelta
Di kawasan elite Argentina, Nordelta, perdebatan sengit soal alat kontrasepsi justru melibatkan penghuni tak terduga: kapibara. Bukan karena mereka kaya raya, tapi karena jumlah mereka yang meroket dalam beberapa tahun terakhir.
Populasi kapibara di Nordelta tercatat meningkat tiga kali lipat dalam tiga tahun terakhir, melebihi 1.000 ekor. Dengan luas wilayah yang penuh danau serta taman, tanpa predator alami, mereka berkembang biak dengan bebas. Akibatnya, banyak yang mulai menganggap mereka sebagai masalah, bukan sekadar hewan penghuni kawasan.
Konflik Kapibara dengan Manusia
Penduduk Nordelta mulai merasakan dampak dari lonjakan populasi kapibara ini. Marcelo Canton, juru bicara Nordelta Neighborhood Association, menyoroti beberapa masalah yang timbul.
“Kapibara memiliki lebih dari 500 hektare danau dan taman publik di sini, tidak ada predator, tidak ada pemburu yang akan menangkap mereka untuk disembelih. Tidak ada batasan pertumbuhan populasi yang ada di tempat lain,” ujarnya kepada The Guardian.
Menurutnya, jumlah kapibara yang tak terkendali menyebabkan persaingan antar sesama mereka, konflik dengan anjing-anjing peliharaan, hingga kecelakaan lalu lintas di kawasan perumahan.
Solusi Pemerintah: Suntik Kontrasepsi
Untuk mengendalikan jumlah kapibara, pemerintah Buenos Aires mengusulkan program sterilisasi dan kontrasepsi selektif. Sekitar 250 kapibara akan menerima dua dosis cairan kontrasepsi yang diharapkan dapat menekan reproduksi mereka hingga satu tahun.
Rencana ini diharapkan bisa menjadi solusi tanpa harus mengusir atau membunuh hewan-hewan ini. Namun, seperti kebijakan kontroversial lainnya, tidak semua pihak setuju.
Perlawanan dari Aktivis Lingkungan
Kelompok warga yang peduli terhadap lingkungan dan satwa liar menentang rencana ini. Silvia Soto, perwakilan dari kelompok ‘Nordelta Capybaras – We Are Your Voice’, menegaskan bahwa kapibara bukanlah masalah utama.
“Selama bertahun-tahun, kami meminta area hijau yang saling terhubung, yang berfungsi sebagai cagar alam yang dihubungkan dengan koridor biologis untuk melindungi kapibara dan menjaga kelangsungan hidup di habitat mereka,” kata Soto.
Bagi para aktivis, permasalahan sebenarnya bukanlah kapibara yang berkembang biak terlalu banyak, melainkan para pengembang properti yang gagal menciptakan lingkungan yang seimbang antara manusia dan satwa liar. Kini, pertanyaannya adalah: siapa yang sebenarnya menginvasi siapa?
—
Let us know your thoughts!
-
Bank Emas Pertama di Indonesia Siap Diresmikan, Apa Dampaknya?
-
Ronaldo Mendarat di Indonesia, Agenda Misi Kemanusiaan dan Isu Makan Malam Bareng Sri Mulyani
-
Transjakarta Siapkan Petugas di Perlintasan KA, Antisipasi Kejadian Serupa