Hesti Sutrisno merupakan perempuan bercadar yang viral karena terus-terusan menerima kritik warga perkara memelihara anjing-anjing jalanan di lahan pribadinya. Niat baik Hesti untuk merawat anjing liar ini malah membawa tentangan dari ormas tempat tinggalnya di Bogor.
Alasan oraganisasi ini melaporkan ke polisi adalah karena suara gonggongan suara anjing yang mengganggu. Selain itu, banyak juga yang mengaku keberatan melihat orang dengan atribut Islami (cadar) memelihara anjing. Mereka anggap itu tidak sesuai norma agama.
Ini bukan pertama kalinya yang dihadapi perempuan bercadar itu
Kejadian serupa juga pernah terjadi pada tahun 2018 saat ia masih tinggal di daerah Pamulang, Tangerang Selatan. Saat itu, Hesti merawat belasan anjing dan kucing liar di rumahnya. Reaksi warga sekitar tidak jauh berbeda dengan yang kini terjadi.
Pada sebuah video oleh Kumparan, Hesti mengaku bahwa ia hanyalah mencoba untuk memberi tempat tinggal dan makanan untuk hewan-hewan yang kelaparan itu. Kini, perempuan bercadar itu memiliki tempat yang ia sebut ‘Green House‘ untuk merawat anjing-anjingnya.
‘Green House‘, rumah bagi puluhan anjing yang mendatangkan protes ormas
Lahan pribadi yang luasnya kurang lebih satu hektar ini Hesti gunakan sebagai tempat ia merawat anjing-anjing yang ia temukan. Di dalam Green House ini terdapat sekitar 70 anjing yang menyandarkan hidupnya. Kesehatan anjing-anjing itu terpelihara dengan baik, bahkan ada verifikasi bahwa mereka tidak terkena virus rabies.
Mengutip dari Liputan6, lahan yang jadi tempat tinggal anjing-anjing ini tidaklah bersebelahan dengan rumah warga. Pembuangan kotoran anjingnya pun Hesti dan tujuh orang pekerjanya lakukan dengan layak.
Bagaimana nasib anjing-anjing yang sudah dirawat perempuan bercadar ini?
Akhirnya, polisi turun tangan dengan mencoba mengadakan mediasi sebanyak dua kali. Mediasi ini menghasilkan kesepakatan untuk melepas 40 dari 70 anjing yang sudah Hesti rawat dengan baik.
Kapolres Bogor AKBP Harun mengatakan Polres Kabupaten Bogor berupaya mencari jalan tengah untuk Hesti dan Ormas yang keberatan. “Jadi mereka keberatan kalau pakai atribut islami terus memelihara anjing, Di sini kita mencari jalan tengah,” katanya. “Sementara itu, 40 ekor anjing akan dilepaskan.” lanjutnya.
Apakah melepas anjing solusi terbaik?
Melepas 40 anjing bukanlah solusi terbaik menurut pemerintah setempat karena angka tersebut bukan jumlah yang sedikit. Camat Tenjolaya Farid Maruf mengatakan pengeluaran 40 anjing ini bakal jadi ‘PR’ baginya. Makanya, ia meminta bantuan dari Dinas Peternakan Bogor. Namun sayangnya, Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor Otje Subaga mengatakan:
“Kalau dinas peternakan bukan ngurusin kayak begituan. Mestinya komunikasi berkoordinasi mereka dengan masyarakat. Kita mah gak ngurus sampai detailnya, anjing sehat nggak, rabies nggak.” ujarnya Senin, 15 Maret.
-
Pernikahan Sesama Jenis Tidak Direstui Vatikan, Apa Alasannya?
-
Anak Bangsa Juga Bisa Bikin Aplikasi Messenger, Ini Penampakannya!
Keputusan ini kelihatannya adalah opsi yang kurang tepat, mengingat nasib hewan liar (khususnya anjing dan kucing) di negara ini kurang terjamin. Banyak warga masih ‘memusuhi’ hewan-hewan ini, terlepas dari kasus Hesti yang dilibat-libatkan isu agama.
Meningkatnya populasi binatang jalanan sepertinya tidak dapat terselesaikan dengan cara ekstrem ‘razia hewan’ seperti yang pernah dilakukan Dinas KPKP 2019 lalu.
—
Pada akhirnya, seperti manusia, mereka hanyalah makhluk yang butuh kehidupan layak, bukan?