Warga di zona bahaya wajib berlatih
Lebih lanjutnya, dengan skenario terburuk maka masyarakat yang berada di zona bahaya perlu berlatih rutin untuk melakukan langkah evakuasi mandiri.
Adapun langkah tersebut harus dilakukan ketika ada peringata dini tsunami, maksimal 5 menit setelah gempat terjadi.
“Untuk masyarakat yang berada di pantai, tidak perlu menunggu perintah, aba-aba atau sirine. Segera lari karena waktu yang dimiliki hanya sekitar 29 menit, sedangkan jarak tempat yang aman yang tinggi cukup jauh,” tuturnya.
Masih potensi, bisa terjadi dan tidak
Kendati demikian, dia menyebut bahwa skenario artinya masih bersifat potensi di mana bisa terjadi atau tidak.
Namun masyarakat dan pemda diminta sudah harus bersiap dengan segala kemungkinan terburuk.
“Dengan skenario terburuk ini, pemerintah daerah bersama-sama masyarakat bisa lebih maksimal mempersiapkan upaya mitigasi yang lebih komprehensif,” tutur Dwikorita.
“Jika masyarakat terlatih, maka tidak ada istilah gugup dan gagap saat bencana terjadi. Begitu gempa, semuanya sudah tahu apa saja yang harus dilakukan dalam waktu yang terbatas,” lanjutnya.
Terkait prediksi ini, Dwikorita menambahkan bahwa sampai sekarang belum ada teknologi di negara mana pun yang mampu memprediksi waktu terjadinya gempa dan tsunami secara akurat.
Prediksi gempa dan tsunami sejauh ini masih sebatas kajian yang didasarkan pada sejarah gempa di wilayah tersebut.
-
Tsunami Jepang Pisahkan Pasangan Ini, Sampai Sekarang Sang Suami Masih Mencari Istrinya
-
Positivity Rate Covid-19 Indonesia Cetak Rekor Terendah, Sudah Aman?
-
Tertukar Saat Masih Bayi, 19 Tahun Kemudian Wanita Ini Minta Ganti Rugi