Tagar #PrayForHongkong trending di Twitter, setelah penyerangan yang dilakukan oleh orang-orang berpakai putih. Grup berpakaian baju putih tersebut menyerang para komuter dan pengunjuk rasa yang menolak RUU Ekstradisi.
Penyerangan tersebut mengakibatkan 45 orang dirawat dirumah sakit, seorang terluka parah. Bahkan yang menyeramkan para penyerang tersebut memukul seorang wanita hamil dan seorang wanita yang menggendong seorang anak.
Banyak netizen kesal dengan tindakan dari grup berpakaian baju putih tersebut. Lebih hebohnya, tuduhan untuk para pejabat pro-Beijing yang menyewa preman untuk mengintimidasi pengunjuk rasa tersebut dibantah oleh pemimpin Hong Kong Carrie Lam.
#PrayForHongkong these guys are a bunch of pussies. Disgusting pic.twitter.com/2fokmJWX1n
— Nv Gringo (@Kevin_Castro18) July 24, 2019
Y’all please stop being disrespectful calling this “the purge” it’s a very serious topic and y’all making fun of it,is so disgusting there’s so many people that have gotten seriously ingured because of this. #PrayForHongKong pic.twitter.com/HoeI6n89QL
— ♡Jocey♡ (@btsfreakkk) July 24, 2019
Hello followers, please help me repost about what happens in HK.
Mob attacked metro passengers, men and women, child and elderly in MTR(subway) station.Hong Kong police provided no help to the citizens. #PrayForHongKong pic.twitter.com/lH5nj9FL2x
— Goth!Keith loves shiro (@hornygothkeith) July 25, 2019
Aktivis pro-demokrasi dan anggota parlemen di Hong Kong menuduh polisi menunggu ketika orang-orang berpakaian putih menyerang para komuter dan pengunjuk rasa, meninggalkan 45 orang dirawat di rumah sakit, termasuk seorang yang terluka parah.
“Apakah Hong Kong sekarang mengizinkan triad untuk melakukan apa yang mereka inginkan, memukuli orang-orang di jalan dengan senjata?” Kata anggota parlemen dari partai Demokrat Lam Cheuk-ting, yang termasuk di antara yang terluka, bertanya kepada wartawan.
Bahkan lebih lucunya adalah komisaris polisi Hong Kong justru seolah-olah menangkis dan tidak peduli dengan penyerangan tersebut. Ia menjelaskan bahwa “Kekerasan hanya akan memunculkan lebih banyak kekerasan dan pada akhirnya seluruh Hong Kong dan orang-orang akan menderita” seolah-olah menghindar dari tugasnya yang seharusnya menangkap penyerang tersebut.
James Tien selaku mantan Ketua dan Pemimpin Partai Liberal dan mantan anggota Dewan Legislatif Hong Kong, menanyakan kepada Pemimpin Hong Kong, “Chief Executive Lam, Apakah anda seorang Chief Executive? atau triad yang memerintah Hong Kong sekarang?
Selain itu Ray Chan, seorang anggota parlemen pro-demokrasi mengatakan Hong Kong memiliki populasi tertinggi di dunia, di mana @hkpoliceforce?
Snippet of a live broadcast from lawmaker Lam Cheuk ting, showing self-professed pro-Gov't mobsters attacking passengers in train cars at #MTR #YuenLong Stn. #HongKong has 1 of the world's highest cop to population ratio. Where were @hkpoliceforce? Lam was injured as shown live. pic.twitter.com/Aq5JmJlf5u
— Ray Chan (@ray_slowbeat) July 21, 2019
Kerjasama Pemerintah Dengan Geng Berpakaian Baju Putih
Selain itu muncul sebuah video yang beredar luas menunjukan anggotan parlemen pro-Beijing Junius Ho, yang tinggal di Yuen Long, berjabat tangan dengan pria berpakaian putih dan memberikan mereka acungan jempol. Diduga Junius Ho menyewa orang-orang tersebut untuk mengejar pengunjuk rasa, Namun dia menolak bahwa hal tersebut tidak berhubungan dengan serangan tersebut.
Junius Ho berkata: “Mereka tampaknya adalah penduduk normal, seperti para pengunjuk rasa di mata Anda.”
Para pengunjuk rasa pun kesal dengan tanggapan junius Ho yang tidak mengakui tindakannya tersebut, yang akhirnya demonstran tersebut mendatangi kantor ho dan menghancurkan kantornya. selain kantornya yang hancur, dinding demi dinding ditempelkan oleh satu poster dengan tulisan “Penganggu perdesaan memukili orang dan melakukan serangan teroris”
Dimana Para Polisi Yang Bertanggung Jawab?
Pada hari Senin, 22 Juli 2019, polisi yang memasuki daerah dekat stasiun Yuen Long, mengatakan mereka tidak melihat senjata dan tidak melakukan penangkapan karena mereka “tidak bisa memastikan siapa yang terlibat”. Banyak yang menelpon layanan darurat mengenai penyerangan tersebut, namun berbagai alasan demi alasan diberikan oleh Kepala Polisi dengan mengatakan para polisi sedang sibuk menghadapi pengunjuk rasa yang telah berkumpul di dekat kantor.
Penyerangan ini memang diawali oleh RUU Ekstradisi yang memungkinkan tersangka di Hong Kong diekstradisi ke daratan China. RUU tersebut akhirnya menuai banyak tanggapan negatif dari warga Hong Kong yang akhirnya membentuk “people power” untuk membatalkan RUU tersebut. Para demonstran tersebut mengatakan mereka tidak akan berhenti dan bersumpah untuk melanjutkan penolakan tersebut hingga tuntutan mereka terpenuhi