Puncak Omicron di Indonesia disebut baru akan tiba dua hingga tiga pekan ke depan.
Kendati sampai Rabu (9 Februari) tercatat ada 46.843 kasus baru Covid, Kementrian Kesehatan menyebut puncaknya belum tiba,
“Kita melihat dua sampai tingga minggu ke depan, kemungkinan akan terjadi peak (puncak) di dua sampai tiga minggu ke depan,” tutur ujar Dirjen Pelayanan Kesehatan Prof dr Abdul Kadir, PhD, SpTHT-KL(K), MARS, dalam konferensi pers virtual terkait Update Perkembangan COVID-19, Kamis (10 Februari).
Masyarakat diminta tidak khawatir namun waspada
Lebih lanjut Prof Kadir menyebut kondisi pasien Covid-19 dengan infeksi varian Omicron tidak lebih parah dari gelombang Delta tahun lalu.
Namun dia terus mengingatkan agar masyarakat tidak lengah dan waspada karena pada kelompok rentan seperti lansia dan pengidap komorbid, infeksi varian Omicron masih berpontesi memicu gejala berat bahkan kematian.
Selain itu, warga juga perlu sadar bahwa peningkatan kasus jauh lebih cepat karena Omicron dapat menyebar tiga sampai lima kali lebih cepat dari varian Delta.
“Kita harus waspada terjadinya kasus yang tinggi dalam jumlah besar. Satu yang menggembirakan adalah gejalanya tidak seberat Delta. Kadang-kadang ringan bahkan tanpa gejala,” tuturnya.
Puncak Omicron diprediksi terjadi akhir Februari
Dalam kesempatan yang sama, juru bicara vaksinasi Covid-19 Kemenkes dr Siti Nadia menyebut puncak gelombang kini diprediksi datang pada akhir Februari atau awal Maret.
“Yang diprediksi itu tiga kali sampai enam kali lebih tinggi daripada varian Delta. Walaupun demikian, kita akan melihat tren peningkatan tidak berbanding lurus dengan peningkatan kasus-kasus yang membutuhkan perawatan di rumah sakit,” jelas dr Nadia.