Saung Angklung Udjo terancam tutup bulan ini
Saung Angklung Udjo masih merasakan imbas pandemi. Objek wisata yang berbasis di kota Bandung tersebut bahkan terancam tutup bulan ini.
“Saya bahkan sudah bilang ke pegawai ‘kalau bulan ini enggak ada gaji gimana?’ Mereka diam saja enggak menjawab tetapi meski begitu mereka tetap kerja juga,” jelas Direktur Utama PT Saung Angklung Udjo (SAU), Taufik Hidayat Udjo, dilansir dari CNN Indonesia.
Baca juga: Fans BTS Indonesia Galang Donasi untuk Korban Bencana Sulbar dan Kalsel, Jumlahnya Tembus Rp 600 Juta
Imbas pandemi, karyawan Saung Angklung Udjo hanya tersisa 20 persen
Sebelumnya, SAU punya hampir seribu karyawan; 400 pemain musik, 200 pekerja di bagian produksi, sisanya para pengrajin, supplier dan pekerja acara.
Sejak PSBB diberlakukan berjilid-jilid, para pengunjung berkurang drastis. Sebelumnya SAU bisa menerima hingga 2.000 tamu setiap hari. Namun selama pandemi, mencapai 20 orang saja sudah sulit.
Hal ini berimbas pada pemotongan gaji hingga pengurangan karyawan.
“Yang masih kami pertahankan ya paling pemelihara tempat, penyambut tamu, dan mereka yang masih beraktivitas di studio. Sekitar 20 persen lah yang masih bertahan,” ungkap Taufik.
Kini Taufik pun mengharapkan bantuan dari pemerintah pusat. Menurutnya, SU bukan cuma jadi destinasi wisata, namun juga berperan dalam pemeliharaan kesenian dan kebudayaan Jawa Barat.
Sayangnya, hingga kini belum ada tanggapan.
Baca juga: Paus Terdampar di Pantai Bali, Diduga Ini Penyebabnya
Kaya prestasi
Saung Angklung Udjo didirikan pada tahun 1966 oleh Udjo Ngalagena dan istrinya Uum Sumiati, dengan maksud untuk melestarikan dan memelihara seni dan kebudayaan tradisional Sunda.
Sejak saat itu, SAU dikenal dengan berbagai prestasi dan gelaran besar.
SAU sepat menggelar pelatihan angklung di Fukuoka, Jepang pada tahun 2001 dan mendapatkan pengharhaan Heritage and Cultural Gold Award di Pulau Jeju, Korea Selatan pada tahun 2004.
Pada tahun 2011, SAU juga sempat memecahkan rekor Guiness World Records dalam permainan angklung peserta terbanyak, melibatkan lebih dari 5000 orang.
SAU juga meraih penghargaan Best ASEAN Cultural Preservation Effort dalam ASEANTA Award di Filipina, serta tampil di Swedia dalam dua tahun berturut-turut pada 2017 dan 2018.