Jumlah Pengguna Internet Indonesia Tinggi: Cyberbullying yang Marak Terjadi, Bisa Memicu Bully di Dunia Nyata
Sekarang ini, isu bullying alias perundungan tengah menjadi pembicaraan hangat. Salah satunya karena kasus perundungan akhir-akhir ini yang “parah” mulai dari ditusuk bakso hingga membakar sekolah.
Ternyata, media juga punya andil dalam risiko bullying, salah satunya karena konten kekerasan yang dimuat media bisa mempengaruhi peningkatan perilaku agresi pada anak. Nggak hanya itu, media juga “mengaburkan” batas bullying dari yang tadinya di sekolah jadi bisa ke ranah online.
(via Giphy)
Data Proporsi Kasus Bullying Indonesia Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mengungkapkan bahwa sebanyak 30 kasus bullying terjadi di sekolah sepanjang 2023. Angka ini lebih tinggi ketimbang tahun sebelumnya, yang mencatat 21 kasus.
- SD/Sederajat: 30%
- SMP/Sederajat: 50%
SMA/Sederajat: 10% - SMK/Sederajat: 10%
Sumber: Data Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), dikutip dari Katadata.
Kekerasan yang Ditampilkan di Media Ternyata Mempengaruhi Bullying
Sebagaimana dilansir Medical News Today, sebuah studi menemukan paparan kekerasan yang ditampilkan di media ternyata menjadi salah satu risiko terjadinya peningkatan perilaku agresi pada anak-anak.
Dalam studi yang dipublikasikan di Psychology of Popular Media Culture, paparan terhadap konten kekerasan di media ternyata menjadi satu dari enam faktor terjadinya perilaku agresi pada anak. Lima faktor lainnya yakni rendahnya keterlibatan orang tua, gender, bias terhadap kekerasan, physical victimization, dan riwayat berkelahi fisik.
“Kebanyakan faktor risiko agresi sangat sulit diubah. Anda tidak bisa dengan mudah mengubah pengalaman anak Anda berkelahi atau di-bully. Yang membuat ini (kekerasan yang ditampilkan media) berbeda ialah karena hal itu cukup mudah dikontrol ketimbang faktor risiko lain.”
- Profesor Psikologi di lowa State University, Douglas Gentile, yang juga melakukan studi tersebut.
Angka Pengguna Media Sosial di Indonesia
- Youtube: 139 juta pengguna
- Instagram: 103,3 juta pengguna
- Twitter: 27,05 juta pengguna
- Facebook: 136,3 juta pengguna
(via Giphy)
Media Sosial “Dobrak” Batas Bullying Jadi Masuk ke Dunia Maya
Kita tahu bahwa banyak orang yang menghabiskan waktunya di media sosial, seperti Instagram dan Twitter. Dan ternyata, keberadaan media sosial ini berpengaruh dalam perilaku bullying.
Media sosial “memperluas” batasan bullying yang tadinya hanya terjadi di lingkungan sekolah menjadi masuk ke ranah internet. Akibatnya, bullying bisa terjadi 24 jam setiap hari di media sosial, teks, email, dan lain sebagainya.
Sumber: Good Therapy
Masalah Cyberbullying di Indonesia
Berdasarkan riset U-Report dari UNICEF, sebanyak 45% persen responden mengaku pernah menjadi korban cyberbullying. Riset ini melibatkan 2.777 responden dari berbagai daerah di Indonesia.
Sebaran Medium Terjadinya Kekerasan Antar Remaja/Anak Muda
- Media sosial: 71%
- Aplikasi chatting: 19%
- Game online: 5%
- Youtube: 1%
- Lainnya: 4%
Lingkaran Setan Bullying
Psikiater Konsultan Anak dan Remaja Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Duren Sawit Dian Widiastuti Vietara menyampaikan kalau ternyata sebagian besar pelaku bully (perundungan) seringkali merupakan korban dari perilaku serupa.
Nggak hanya itu, sebuah studi yang dilakukan Centre for Research on the Wider Benefits of Learning (WBL) mengungkapkan sebanyak 4,5% pelaku bully sebetulnya pernah di-bully juga. Studi ini melibatkan informasi dari 6.500 anak berusia 8-11 tahun yang lahir pada 1 April 1991 hingga 31 December 1992, dikutip dari The Guardian.
(via Giphy)
What are your thoughts? Let us know in the comment!
(Photo courtesy by Pexels)