Warisan Budaya Betawi di Sekolah: Ide Besar dari Ketua DPRD

Ketua DPRD DKI Jakarta, Khoirudin, punya ide brilian: memasukkan kesenian Betawi seperti tarian, bela diri, dan musik ke dalam ekstrakurikuler sekolah.

Usulan ini bertujuan agar generasi muda lebih mengenal dan menjaga budaya lokal.

“Harus masuk dalam pelajaran ekstrakurikuler. Anak-anak didik harus dikenalkan dan ikut terlibat dalam kemajuan kebudayaan Betawi. Kotanya global, budayanya tetap Betawi,” ujar Khoirudin dalam keterangannya, Senin lalu.

Usulan ini langsung mendapat respons positif, terutama dari Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Barat yang sudah mulai berinovasi untuk menyelaraskan budaya Betawi dengan tren masa kini.

Betawi yang Kekinian: Tantangan di Era Digital

Menurut Joko Mulyono, Kepala Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Barat, promosi budaya Betawi harus menarik agar relevan di mata generasi muda.

Kolaborasi antara pelaku seni senior dan anak muda melek teknologi jadi salah satu kuncinya.

“Makanya kita rekrut senior dan kolaborasi dengan gen Z yang melek teknologi supaya acara ini dikemas menarik di kalangan mereka,” ungkap Joko.

Di era digitalisasi, tantangan semakin besar karena anak muda cenderung menyukai budaya populer yang cepat viral.

Namun, langkah-langkah konkret mulai dilakukan, salah satunya melalui sertifikasi sanggar-sanggar Betawi yang ada di Jakarta Barat.

Warga berjalan menuju tempat pemungutan suara (TPS) 21 Cipinang Melayu untuk memberikan hak suaranya dalam Pilkada 2024 di Jakarta, Rabu (27/11/2024). TPS yang berada di bawah kolong jalur kereta cepat tersebut menyajikan nuansa adat Betawi guna menarik partisipasi warga untuk memberikan hak suaranya dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta. ANTARA FOTO/Alif Bintang/app/YU

200 Sanggar Betawi, Siap Dikembangkan Lebih Profesional

Joko juga mengungkapkan bahwa Jakarta Barat memiliki sekitar 200 sanggar seni Betawi yang akan didata dan diberi sertifikasi.

Langkah ini bertujuan untuk memastikan pelatihan yang lebih profesional dan fasilitas memadai.

“Jakarta Barat kental dengan sanggar, kita ada 200-an lebih sanggar kesenian, kita coba data dan dibuat sertifikasinya. Supaya bisa tercatat diregister kita dan mendapat pembinaan khusus,” jelas Joko.

Lebih dari itu, peserta sanggar akan diperbolehkan menggunakan fasilitas di Pusat Pelatihan Seni Budaya (PPSB) Rawa Buaya, Cengkareng.

Dengan langkah-langkah ini, budaya Betawi tidak hanya sekadar dilestarikan, tetapi juga disesuaikan dengan zaman.

Budaya Lokal, Globalisasi, dan Masa Depan Betawi

Mengintegrasikan budaya lokal ke dunia pendidikan bukan hanya soal mempertahankan tradisi, tetapi juga soal mengajarkan nilai-nilai identitas.

Usulan ini menjadi momen penting untuk memadukan kearifan lokal dengan perkembangan zaman, menjadikan Betawi tetap relevan di kota Jakarta yang terus berubah.

Top image via  ANTARA/HO-DPRD Provinsi DKI Jakarta.

Let us know your thoughts!

  • Metro Riyadh: Transportasi Tanpa Sopir Terbesar di Dunia, Cakup 176 KM

  • Cetak Generasi Cakap AI, Kemenkominfo Gandeng Microsoft

  • Tebal Es Jayawijaya Menipis Drastis: Sisa Empat Meter Saja!