Mata ketiga, absurditas dunia nyata
Seorang desainer industrial membuat robot mata ketiga untuk ditempet di dahi.
Dengan inovasi ini, desainer bernama Minwook Paeng tersebut ingin agar orang-orang bisa menggunakan robot tersebut sambil menggunakan ponsel tanpa tersandung atau tertabrak.
Baca juga: NEIGHBORHOOD Rilis Tatakan Obat Nyamuk Bakar
Jadi satir sosial
Inovasi ini Paeng buat sebagai bagian dari proyek seni sekolahnya di Innovation Design Engineering degree di London’s Royal College of Art and Imperial College.
Lewat robot ini, ia menunjukkan bagaimana manusia berevolusi menjadi “phono sapiens.”
“Dengan menggunakan ponsel dalam postur tubuh yang buruk, tulang leher belakang kita akan membungkuk kedepan dan memberikan sindrom leher kura-kura dan kelingking kita terletak di belakang ponsel dengan posisi membengkok,” tuturnya, dikutip dari Dezeen.
“Hal ini terjadi di beberapa generasi, dan perubahan yang muncul karena penggunaan ponsel tersebut akan terus muncul dan menciptakan umat manusia yang sepenuhnya baru dan berbeda.”
Menurut Paeng, proyek ini adalah bentuk penerimaan atas realita yang terjadi di dunia. Dengan menunjukkan absurditas realita, ia berharap orang-orang akan lebih memprioritaskan interaksi dunia nyata alih-alih menggunakan ponsel.
Baca juga: 7 Dekade Menghilang, Desa Curon di Italia Ini Muncul dari Tegah Danau!
Cara kerja robot mata ketiga
Robot ini adalah produk pertama dari rangkaian produk yang menampilkan wujud baru manusia sebagai “Phono Sapiens.”
Robot tersebut dibuat dengan menggunakan platform open–source bernama Arduino, sebuah alat yang tersambung dan bersemat di dahi dengan transparan.
Alat tersebut tersambung dengan speaker dan gyroscope, sensor yang tersambung pada ponsel untuk mendeteksi arah agar penggunanya bisa bebas dari halangan yang ada di depannya.