Pelaku merupakan mantan mahasiswa
University of Puerto Rico diramaikan dengan serangan seorang hacker, yang membobol belasan akun surel beberapa mahasiswa di sana.
Tidak hanya akun surel (email), sang hacker juga turut meretas akun Snapchat seorang mahasiswi universitas tersebut.
Hal yang mengejutkan dari kejadian yang cukup menggegerkan ini, dilakukan oleh mantan mahasiswa University of Puerto Rico tersebut.
Lancarkan aksi gunakan nama samaran
Pelaku peretasan bernama Iván Santell-Velázque. Iván sendiri adalah mahasiswa yang telah lulus dari University of Puerto Rico.
Ia nekad mengirimi email ke beberapa pihak yang ada di kampus: fakultas, administrasi, serta para mahasiswa.
Email yang dikirimkan olehnya itu merupakan sebuah surel yang berisi link peretasan yang termasuk ke dalam skema phishing dan spoofing.
“Orang ini terlibat dalam skema phishing dan spoofing untuk mencuri informasi,” ujar Jaksa Muldrow, seperti yang dilansir dari Bleeping Computer.
Tidak menggunakan nama asli dalam melancarkan aksinya tersebut, Santell-Velázque menggunakan nama samaran “Slay3r_r00t”.
Berdasarkan pengakuannya, ia telah meretas lebih dari 100 akun yang milik mahasiswa di universitas tersebut.
Hasil dari aksi kriminalnya
Hacker tersebut juga sempat meretas beberapa Snapchat millih mahasiswi selama periode 2019 dan 2021.
Hasil yang ia dapatkan dari aksinya tersebut antara lain foto-foto telanjang dari korbannya.
Setelah mendapatkan foto-foto bugil dari beberapa mahasiswi tersebut, Iván membagikan semuanya ke piha ketiga. Untuk kemudian di-publish secara online.
Salah satu korban bahkan sengaja ia berikan serangan teror dengan cara mengirimi pesan teks yang mengarah ke pelecehan seksual.
Tidak hanya itu, ia juga mengirimi foto-foto intim dari korban yang diterornya. Hal inilah yang membawanya ke pengadilan dengan tuduhan yang cukup serius.
Terhitung ada sebanyak 15 wanita dan University of Puerto Rico mengajukan tuntutan ke pengadilan.
“Penuntutan penjahat dunia maya adalah prioritas utama di Departemen Kehakiman. Kejahatan dunia maya tidak hanya menyebabkan kerugian finansial bagi korban korporasi, tetapi juga mengakibatkan kerugian finansial dan psikologis bagi korban yang rentan, seringkali anak-anak atau orang tua. Perilaku ini tidak akan ditoleransi,” kata Muldrow, seperti yang dilasir dari situs pengadilan Amerika Serikat.
—
What are your thoughts? Let uss know!