Pasti Lo sering denger atau baca istilah ‘clean beauty‘. Atau seenggaknya, baca dari sebuah brand yang punya embel-embel itu. Biasanya, merek yang mengaku ‘clean‘ identik dengan bahan-bahan yang organik, atau vegan, atau ‘free form …’.
Apalagi, sekarang makin banyak brand-brand kecantikan, mau lokal ataupun internasional. Istilah kayak gini udah jadi semacam tren di dunia per-beauty-an. Gampangnya, cari aja brand baru di media sosial. Lo pasti akan temuin klaim yang berkaitan dengan ini cuma dengan baca bio-nya aja. Walaupun udah ada di mana-mana, ini baru permulaan.
Definisi ‘clean beauty‘
Gerakan ‘clean beauty‘ mungkin adalah salah satu hal terbesar yang terjadi di industri kecantikan, menurut Cosmopolitan. Pasar untuk produk yang ‘clean‘ ini berkembang sekitar 10 persen setiap tahunnya, bahkan diproyeksikan untuk bisa mencapai US$25,11 miliar tahun 2025 nanti.
Sayangnya, gak ada definisi pasti untuk istilah ini. Alasannya: pertama, kategori ini masih baru dan masih terus berkembang; kedua, belum ada lembaga atau apapun yang meregulasikan penggunaan istilah ‘clean‘ dalam ranah industri kecantikan.
Buat mempermudah pemahaman kita, ‘clean beauty‘ bisa kita artikan sebagai produk-produk yang gak membahayakan manusia maupun lingkungan dalam pembuatan dan hasilnya. Produk yang punya klaim ini gak mengandung bahan yang terbukti toxic, alias beracun atau berbahaya.
It’s (should) basically good for us and the environment.
Awas, bisa-bisa ini cuma jadi pemanis supaya laris
Istilah-istilah kayak ‘natural‘, ‘organic‘, atau ‘sustainable‘ memang sering muncul di kemasan produk kecantikan. Tapi, kita harus tetap skeptis sama klaim-klaim itu.
Karena, kadang (sering kali) perusahaan cuma taruh tulisan itu untuk bikin produknya lebih ‘menjual’ aja, tanpa benar-benar peduli apa yang ada di dalam produknya.
Supaya gak kegocek sama teknik green-wash ini, ada beberapa cara yang bisa Lo lakuin. Walaupun susah-susah-gampang, minimal kita bisa liat logo-logo yang ada. Salah satunya, logo kelinci cruelty-free, yang artinya gak ada percobaan ke hewan.
Atau lebih amannya lagi, perhatiin ingredients-nya.
Produk ini ‘clean‘ atau enggak, ya?
Pertama-tama, mau ingetin lagi bahwa masih belum ada definisi yang pasti untuk ‘clean beauty‘. Bahkan, untuk bilang suatu bahan itu bahaya atau enggak, juga masih sering jadi perdebatan di kalangan para ilmuwan atau komunitas kesehatan.
Jadi, Gue hanya akan nyebutin tiga yang paling umum aja. Selebihnya, make sure to do your own research! Supaya gak gampang kegocek sama produk-produk di luar sana.
Paraben: Biasanya, produk yang menganut ‘clean beauty‘ gak mengandung paraben. Bahan ini adalah salah satu jenis pengawet yang bisa berdampak buruk ke lingkungan dan hormon manusia. Walaupun begitu, amannya bahan ini masih terus jadi perdebatan.
Mineral Oil: Walaupun bahan ini umum muncul di berbagai produk kecantikan, mineral oil bukan bahan yang ramah lingkungan. Soalnya, bahan ini gak bisa terurai dengan baik dan bukan dari sumber daya yang bisa terbarukan.
Sodium Laureth dan Lauryl Sulfate (SLES/SLS): Bahan ini biasanya bisa kita temuin di produk pembersih, kayak sabun mandi, sabun cuci muka, sampo, dll. Walaupun sifatnya ‘membersihkan’, SLS/SLES bisa bikin kulit kering. Selain itu, bahan ini termasuk senyawa yang beracun bagi lingkungan.
Perlu diingat, bahan-bahan ini gak bakal bikin Lo keracunan mendadak atau gimana. Tapi, poin penting dari clean beauty adalah tentang gimana kita bisa lebih mindful saat memilih produk yang kita pakai setiap hari. Biar kita bisa pikirin efek jangka panjang untuk lingkungan, maupun diri kira sendiri.
Kalau bisa menghindari bahan yang bakal membahayakan diri ataupun lingkungan, kenapa enggak?
—
Baca juga: