Mengapa Sexy Killers ini menjadi heboh di media sosial? Pihak mana kah yang harus disalahkan dan dibenarkan? Film Dokumentasi Sexy Killers ini menjadi perdebatan bagi para netizen. Hal ini dipicu oleh pembangunan PLTU dan pertambangan batu bara yang merugikan masyarakat sekitar area pembangunan.
Berdurasi sekitar 1 jam 28 menit, film yang digarap oleh Dandhy Laksono dan Ucok Suparta membahas tentang PLTU yang dikuasai oleh pemerintah dan perusahaan besar sangat merugikan masyarakat sekitar PLTU. Kerugian yang dialami oleh masyarakat sekitar dari film dokumenter Sexy Killers adalah meninggalnya warga diarea pertambangan batu bara, wabah polusi udara yang luas, warga sekitar yang mengalami kerusakan bangunan akibat tanah yang rusak, terumbu karang yang hancur akibat kapal tongkang batu bara, dan kesulitan warga sekitar dalam mencari nafkah karena kekayaan alam yang dicari hilang.
Maju Kena, Mundur Kena
Yang sebenarnya menjadi pembicaraan adalah pihak mana yang benar dan salah? Apa solusinya? Pihak yang berada disekitar pembangunan PLTU dan pertambangan batu bara pasti akan mengalami kerugian yang sangat besar untuk kehidupannya, baik dalam mencari nafkah maupun yang tinggal diarea pembangunan. Solusi yang diberikan oleh pemerintah adalah reklamasi tanah yang hilang dan dikembalikan lagi namun hal tersebut membutuhkan waktu yang sangat lama. Selain itu perusahaan tambang ini juga banyak yang tidak mengganti kerugian tersebut karena kurang tegasnya pemerintah daerah dalam mengurus pembangunan batu bara dan PLTU membuat masyarakat sekitar membenci akan kegiatan ini.
Masyarakat yang tidak berada diarea sekitar pasti tidak akan merasakan kerugian apapun dan justru masyarakat inilah yang membutuhkan listrik dalam menjalani kehidupan. Jika PLTU tidak ada dan tidak beroperasi maka warga tidak akan mendapatkan listrik yang dibutuhkan. Jadi mana yang harus dipriotaskan? jika tidak ada listrik tidak ada yang namanya handphone, dunia digital, AC dan semua yang menggunakan energi listrik pasti tidak akan berfungsi.
Perspektif yang Berbeda
Salah satu warga dari Borneo, Kalimantan, justru berbeda dengan perspektif yang terdapat di film dokumenter tersebut.
Diungkapkan dalam twitter @rizalefriansyah, dengan adanya pembangunan PLTU dan pertambangan batu bara ini justru membuat desa ini akan maju jika tidak ada maka desa tersebut akan masuk dalam desa yang tertinggal. Kemudian dia juga mengungkapkan bahwa rizal tinggal di daerah sekitar pembangunan dan hidup dari kegiatan pertambangan disana. Rizal juga menitipkan salam untuk Dandhy Laksono yang berharap agar mendapatkan balasan dari pembuat film ini. Dandhy Laksono pun tidak berkomentar banyak dan tidak menanggapi tweet dari warga borneo ini.
Apakah realita dari sisi Sexy Killers hanya untuk yang resah saja? atau Dandhy Laksono tidak ingin memperpanjang kritik tersebut? Check here for the thread and below for the documenter movie “Sexy Killers”