Kisah perjuangan Pak Guru Avan, viral di sosial media!
Beberapa hari belakangan, sebuah postingan di Facebook menjadi ramai diperbincangkan karena ternyata dirinya dengan terpaksa tidak bisa bekerja dari rumah dan harus mengunjungi rumah muridnya.
Meskipun ada anjuran dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim, untuk materi pembelajaran diberikan secara online, Avan dan muridnya ternyata mengalami kesulitan untuk bisa menjalankannya.
Fasilitas belajar online tidak dimiliki semua siswa
Ternyata saya belum jadi guru yang baik.Sudah beberapa minggu saya berada dalam posisi yang dilematis. Bukan masalah…
Posted by Avan Fathurrahman on Wednesday, April 15, 2020
Sejak pertama diunggah sekitar 3 minggu yang lalu, postingan Pak Avan sudah dibagikan oleh lebih dari 12 ribu orang. Lewat unggahannya dirinya bercerita kalau sebagian besar muridnya tidak memiliki fasilitas untuk bisa belajar online.
‘Mereka tidak punya smartphone, juga tidak punya laptop. Seandainya punya, dana untuk beli kuota internet akan membebani wali murid.’ begitu tuturnya.
Pahlawan tanpa tanda jasa
Itulah mungkin salah satu apresiasi yang bisa diberikan kepada Pak Avan, bagaimana tidak dirinya mengemban tugasnya sebagai guru dengan penuh tanggung jawab. Meskipun terkesan melakukan pelanggaran soal kebijakan bekerja di rumah, Guru di SD Negri Batuputih Laok 3 ini memastikan semua muridnya tetap bisa belajar dengan baik.
‘Untuk siswa saya, ini tidak mungkin dilakukan, saya bisanya telpon. Bahkan telepon anak-anak itu kan orangtuanya yang punya. Kadang pernah telepon dan tidak diangkat karena orangtuanya sedang kerja diluar.’ begitu lanjutnya.
Kondisi tersebut akhirnya menjadi alasannya untuk tetap berkeliling dan melakukan kegiatan belajar mengajar dari satu rumah ke rumah siswa yang lain. Dirinya ingin anak didiknya, tetap menerima pelajaran akademik maupun non-akademik meski tidak pergi ke sekolah.
Mendapat dukungan dari berbagai pihak
Lewat postingan yang dia bagikan, Pak Avan juga bercerita kalau dirinya harus menempuh jarak sekitar 20 kilometer untuk bisa mengajar murid-muridnya dan jarak antar rumah muridny masing-masing sekitar 1,5 kilometer.
Tiga kali dalam 1 minggu, dia melakukannya dan terkadang ada beberapa rumah muridnya yang tidak dapat diakses dengan kendaraan bermotor, sehingga Pak Avan harus berjalan kaki. ‘Kalau hujan, selain becek juga licin. Saya pernah hampir terjatuh tapi untungnya tidak.’ begitu ceritanya.
Bahkan saking dirinya peduli dengan murid-muridnya, Pak Avan juga mengingatkan mereka untuk tidak perlu ke mana-mana. Melainkan terus berpesan kalau dirinya yang akan untuk mengajar mereka.
Apa yang dilakukan olehnya mendapatkan dukungan yang positif dari berbagai pihak, termasuk dari pihak kepala sekolah. Bahkan Pak Avan juga menyampaikan kalau sang kepala sekolah juga pernah ikut mengajar.
Para orang tuapun menjelaskan kalau mereka sangat berterima kasih dan senang, karena Pak Avan selain mengajar juga membantu mengawasi anak mereka. ‘Untung Bapak ke sini, jadi anak-anak juga belajarnya bisa terpantau. Kebetulan kan kerjanya ke ladang, ke sawah, jadi saya agak tenang kalau berangkat kerja, malah setiap hari juga engak apa-apa.’ begitu ucapnya menirukan pernyatan para orangtua siswa.
Nadiem Makarim kaget
Mendikbud, mengaku telah menerima berbagai keluhan soal kegiatan belajar di rumah secara online. Dirinya mengaku sangat terkejut mengetahui adanya keluhan soal tidak ada sinyal dan listrik.
Lewat telekonfrensi yang disiarkan di YouTube Kemendikbud RI pada Sabut, 2 Mei 2020. Nadiem menilai masih banyak kesenjangan dalam pendidikan dan harus ada perhatian yang khusus. Hal tersebut juga harusnya megingkatkan kesadaran tersendiri bagi dirinya untuk bisa melakukan pemerataan di sektor pendidikan.
—
Semoga Tuhan selalu melindungi Pak Avan, dan membalas semua kebaikan Bapak :)