Warga serbu rumah presiden dan Perdana Menteri

Tidur-tiduran di kamar presiden, masak di dapur presiden, hingga selfie-selfie dan chill di kolam presiden, jadi pemandangan yang muncul dari warga Sri Lanka belakangan ini.

Ini lah hal-hal yang dilakukan para demonstran yang geram akan keadaan negaranya tak kunjung membaik dari krisis yang melanda.

Bukan cuma rumah presiden Gotabaya Rajapaksa, rumah Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe pun jadi sasaran para demonstran yang menyerbu. 

Tapi di sana, warga bukan cuma melangsungkan aksi menjamah berbagai ruangan dan mengobrak-abriknya. Rumah sang Perdana Menteri pun langsung dibakar.

Pertanyaannya, kok bisa para warga bisa senekat ini? Memang, apa yang sebenarnya terjadi?

What’s up with Sri Lanka?

Saking chaos-nya, baru-baru ini Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa bilang bahwa ia bakal mengundurkan diri dari jabatannya pada tanggal 13 Juli 2022 nanti.

Menurut penjelasannya, ia mundur secara resmi dan memastikan ‘pemindahan kekuasan dengan damai’. 

Sementara itu, sang Perdana Menteri ikut menyerah. Lewat surat resign-nya, ia bilang kalau awalnya ia mau bekerja keras untuk mengatasi krisis. Bagaimanapun, nggak ada pemimpin yang sempurna dan keputusannya bisa menyenangkan semua orang. 

Sebelum momen desperate barusan, PM yang baru menjabat bulan Mei lalu ini sempat bilang bahwa ekonomi negaranya ‘benar-benar runtuh’, dan sedang menuju ‘titik terendah’.

Gambaran kasarnya, masyarakat harus antre berjam-jam untuk dapat bahan bakar yang super langka. Mereka juga mengalami kekurangan pangan yang kondisinya juga makin menipis, rakyat menderita.

Sri Lanka Kacau Balau, Apa yang Sebenarnya Terjadi?
via Giphy

Bokek gara-gara hutang dan rentetan masalah lainnya

Melansir laporan AP News, para ekonom sepakat kalau krisis yang terjadi di Sri Lanka ini biang keroknya adalah faktor domestik, seperti korupsi dan lain-lain. 

Kondisinya makin nggak karuan beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2019, bom bunuh diri Paskah yang menewaskan lebih dari 260 orang pun bikin sektor pariwisata tercekik.

Padahal, sektor pariwisata di sana jafi sumber utama devisa.

Lalu datanglah pandemi, masa sulit untuk hampir seluruh negara di dunia.

Hutang pun tak luput dari permasalahan yang bikin ekonomi negara tersebut makin merosot. Diketahui, hutang mereka bertumbuh sebesar US$51 miliar, atau setara dengan Rp 700 triliun. 

Saat itu, Rajapaksa justru mendorong pemotongan pajak terbesar dalam sejarah negara tersebut. 

Belum lagi, perang Ukraina bikin inflasi mendekati 40 persen, dan harga pangan naik hampir 60 persen di bulan Mei kemarin. Rupee negara tersebut langsung melemah, nilainya turun 80 persen.

Karena keadaan ekonomi yang makin bokek, kegiatan impor pun macet total.

Bisa dibilang, ini lah yang bikin keadaan ekonomi negara itu jadi acak-acakan.

Terus, sekarang gimana?

Dengan menyerahnya sang presiden dan PM, jajaran partai oposisi langsung berembuk untuk mengambil alih pemerintahan baru.

Melansir CNBC, anggota parlemen dari partai oposisi M.A. Sumanthiran, bilang bahwa mereka mengumpulkan 113 anggota. Jumlah ini pun cukup untuk memenuhi suara mayoritas di parlemen, demi masa depan Sri Lanka.

What are your thoughts? Let us know!