Stasiun Balapan; dari lokasi patah hati sampe jadi Cagar Budaya!
Sobat ambyar nusantara berduka. Didi Kempot sang maestro musik campursari tutup usia diduga karena serangan jantung.
Musisi bernama asli Dionisius Prasetyo memulai karirnya lewat album ‘Stasiun Balapan” yang dirilis pada tahun 1999.
Salah satu track dengan judul yang sama pun menuai respon positif. Bukan cuma melambungkan nama Didi Kempot, lagu tersebut bahkan masih jadi salah satu anthem patah hati para sad boy dan sad girls hingga kini.
Source: Kaset Lalu
Namun siapaa sangka? Lagu tersebut, kata Didi, terinspirasi dari kisah nyata.
Sebelum masuk ke dapur rekaman, Didi sempat mengamen sebagai sumber penghasilan di era 1984 hingga 1986. Ketika itu, ia sering melihat orang yang berpelukan dan menangis di Stasiun Balapan karena harus berpisah.
Ketika dirilis, kepopuleran “Stasiun Balapan” pun meroket. Lagu tersebut diputar di radio-radio campursari Indonesia, memperkenalkan stasiun yang berlokasi di kecamatan Banjarsari, kota Surakarta tersebut ke nusantara.
Asal muasal nama ‘Balapan’
Nama Stasiun Balapan diambil dari pemakaian lahan stasiun yang merupakan alun-alun utara milik Keraton Mangkunegaran di bawah kepemimpinan Mangkunegoro IV. Sebuah lintasan pacuan kuda pun diketahui terdapat di alun-alun tersebut, yang kemudian menjadi asal pengguna kata ‘Balapan.’
Source: Luar Kota
Sejak dibangun pada tahun 1868, Stasiun Balapan pun jadi saksi bisu berbagai sejarah Indonesia.
Mengutip Kemendikbud.go.id, Pakubuwono X pernah menggunakan stasiun ini saat hendak berangkat menikahi putri Hamengku Buwono VII pada tahun 1915.
Stasiun Balapan juga menjadi lokasi momen pengangkutan massa Sarikat Islam yang akan melaksanakan Kongres Sarikat Islam di Solo.
Source: Tirto.id
Dengan nilai sejarah yang tinggi, Stasiun Balapan pun terdaftar sebagai Bangunan Cagar Budaya pada tahun 2013.
Didi Kempot yang turut andil mempopulerkan stasiun tersebut pun turut menuai apresiasi. Ia ditetapkan sebagai Duta Kereta Api Indonesia pada tahun 2017.
–