Nggak suka swab test lewat hidung dan tenggorokan? Mungkin ini solusi buat lo!
Swab test ternyata nggak melulu lewat hidung dan tenggorokan.
Hal ini dibuktikan dengan negara Cina yang mengembangkan metode baru lewat “jalur” anus.
Baca juga: Gunung Merapi Meletus Kembali, Kini Berstatus Siaga
Swab test anus lebih efektif?
Dilansir dari AFP, pemerintah cina menilai tes lewat anus ini lebih efektif daripada tes dari tenggorokan. Pasalnya, jejak virus covid-19 bertahan lebih lama di anus daripada di saluran pernafasan.
Menurut riset yang dilakukan sejumlah penliti Cina pada bulan Agutstus 2020, sejumlah pasien covid-19 yang memiliki hasil swab covid-9 negatif di tenggorokan terbukti masih positif ketika dites di anus.
Proses tes yang satu ini pun tak jauh berbeda dengan versi tenggorokan dan hidung.
Alat uji coba dengan ujung kapas sepanjang 3-5 cm dimasukkan ke anus dan diputarkan sebanyak empat sampai lima kali sebelum dikeluarkan. Proses ini memakan waktu sekitar 10 detik.
Baca juga: Jakarta Rasa Seoul: Mungkin Begini Jadinya Kalo Ibukota Jadi Latar Drakor
Tuai berbagai respon
Tak lama setelah kabar ini mencuat, warga Cina pun tuai berbagai reaksi di media sosial Weibo. Banyak yang merespon dengan humor, namun tak sedikit juga yang mengaku ngeri.
“Tingkat kerusakan rendah, tapi penghinaan ekstrem,” tulis pengguna lainnya sambil menambahkan emoticon tertawa.
“Saya telah melakukan dua usap anal, setiap kali saya melakukannya, saya harus melakukan usap tenggorokan setelahnya – saya takut perawat akan lupa menggunakan alat usap baru,” canda pengguna Weibo lainnya.
Baca juga: Pasien Covid-19 Akan Diseleksi untuk Antisipasi Rumah Sakit Kolaps?
Alternatif deteksi covid-19 di Indonesia
Beberapa waktu lalu, pemerintah mulai meluncurkan alat deteksi covid-19 baru yang bernama GeNose. Alat ini bekerja lewat analisa hembusan napas yang disalurkan lewat plastik khusus.
Berdasarkan klaim, alat yang dijual dengan harga sekitar Rp 40 juta tersebut hanya membutuhkan waktu 2 menit untuk mendeteksi covid-19 penggunanya. Alat ini sudah mendapatkan izin edar dari Kemenkes pada 24 Desember 2020 lalu.
Selain itu, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) juga telah mengembangkan teknologi baru yang bisa mendeteksi penyakit tersebut dengan bau ketiak.
Alat tersebut bernama i-Nose c-19 dan bekerja dengan cara mengambil sampel dari bau keringat ketiak seseorang dan memprosesnya menggunakan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.