Tim badminton Indonesia kembali ke Indonesia dengan ketidak puasan atas permintaan maaf dari BWF
Menteri Pemuda dan Olahraga (menpora), Zainudin Amali menyambut kedatangan tim badminton Indonesia, Marcus Fernaldi Gideon CS setelah tiba di ruangan VVIP, Terminal Tiga Soekarno Hatta, kemarin pukul 20.00 WIB.
Meski tanpa oleh-oleh medali, mereka menyambut para atlet dengan tepuk tangan yang riuh. Juga kalung bunga sebagai penghargaan simbolis yang biasa diberikan untuk atlet yang pulang dengan medali juara.
Spanduk besar bertulis “Selamat Datang Tim All England Indonesia 2020 Tetap Semangat” juga terpampang.
Gak cuma menpora, Sekjen PBSI Listyo Sigit Prabowo, Presiden BAC Anton Subowo, Sekjen NOC Ferry Kono, dan Sekjen KONI Ade Lukman juga ikut menyambut kedatangan para atlet yang telah berjuang.
Presiden Jokowi, Dubes di Inggris, hingga menlu, semuanya menaruh perhatian dan kerja keras mereka bisa melanjutkan pertandingan, namun semua tetap harus menghormati apa yang terjadi.
Listyo berharap, motivasi para pemain Indonesia gak menurun, karena masih banyak event internasional yang menanti.
Baca juga: Instagram All England Menghilang, Gara-Gara Netizen Indonesia?
Terpaksa pulang karena tim Indonesia didiskualifikasi
Tim Indonesia dengan berat hati, perjuangan para atlet harus terhenti dan kembali ke Indonesia karena adanya indikasi COVID-19 pada pesawat yang mereka tumpangi.
Pihak BWF dan All England pun gak bisa berbuat apa-apa karena sudah menjadi regulasi pemerintah Inggris.
Pemerintah Inggris sendiri meregulasikan, para penumpang yang berada dalam satu pesawat dengan orang yang terindikasi COVID-19, penumpang lain harus menjalani isolasi selama 10 hari.
Permainan tangkas dari para atlet mesti terpaksa berhenti karena keadaan yang gak mereka harapkan.
Baca juga: Presiden BWF Minta Maaf Pada Presiden Jokowi dan Rakyat Indonesia Usai ‘Kasus’ All England 2021
Para atlet tidak puas dengan permintaan maaf dari Presiden BWF
Presiden BWF akhirnya meminta maaf pada Presiden Jokowi dan rakyat Indonesia. Lewat surat keterangan resmi, Poul Erik Hoyer Larsen meminta maaf dan mengambil pelajaran dari kejadian ini.
BWF menyadari Indonesia adalah salah satu bintang dunia pada bidang olahraga badminton. Meski begitu, mereka masih belum puas dengan permintaan maaf yang Poul Erik layangkan.
Marcus merasa harusnya ada pertanggung jawaban yang lebih konkret, bukan sekadar minta maaf.
“Kalau menurut saya, harusnya masalah ini diperjelas karena kami sudah persiapan buat Olimpiade,” Kata Marcus pada Konferensi Pers penyambutan kedatangan atlet.
Ia mengkhawatirkan kondisi ini bisa aja terulang lagi,
“Takutnya nanti ada apa-apa, BWF lepas tangan lagi, tinggal kasih surat permintaan maaf, beres,” tambahnya.