Train to Busan versi Hollywood dipastikan akan diarahkan sutradara Indonesia
Ada kabar gembira bagi kamu yang suka dengan film Korea. Adalah Train to Busan yang bakal di-remake ke dalam versi Hollywood. Kabar gembiranya lagi, film zombie fenomenal ini, dipastikan akan diarahkan oleh sutradara Indonesia. Yaitu Timo Tjahjanto. Ia bekerja secara langsung dengan James Wan sebagai salah satu produsernya.
“The Train comes for Us,” tulis sang sutradara film The Night Comes For Us tersebut di laman Instagramnya.
Baca juga: Clubhouse: Apa Kelebihan dan Kekurangannya?
-
Jam terbangT imo Tjahjanto di genre horror
Perlu diketahui, Timo Tjahjanto memang dikenal sebagai sutradara film horror yang dengan jam terbang tinggi.
Ia jadi sorotan sejak menyutradarai film Macabre pada tahun 2009 lalu. Kepiawaiannya di genre horror kian dibuktikan berkat film The Night for Us untuk Netflix, serta dwilogi Sebelum Iblis Menjemput yang mendapat respon positif, bahkan masuk ke salah satu festival film horor terbesar di dunia, Sitges Film Festival.
Timo akan bekerja sama dengan James Wan yang juga dikenal dengan daftar panjang karya horror. Bagi yang belum tahu, James Wan merupakan sutradara di balik film Saw, Insidious, The Conjuring, and Aquaman. Wan juga jadi produser untuk film Mortal Kombat remake.
Meski begitu, belum banyak informasi lain tersedia terkait film ini.
Stick around at USSFeed to know more!
Baca juga: Serial Wednesday Akan Tayang di Netflix, Disutradarai Tim Burton
-
Tentang Train to Busan
Train to Busan adalah film Korea Selatan yang berkisah tentang serangan zombie, dan sejumlah penyintas yang berada di kereta dari Seoul to Busan. Film tersebut menuai kesuksesan besar. Bukan cuma diadaptasi jadi versi Hollywood, sekuel tersebut pun diproduksi dan menuai respon positif.
Hanya dalam waktu empat hari, Peninsula berhasil menembus 1 juta penonton. Melewati film-film lain yang dirilis di tengah pandemi corona ini. Bukan cuma itu, Peninsula juga berhasil meraup pendapatan hingga USD20 juta di box office Asia.
Pencapaian tersebut tentu jadi hal yang mengagumkan mengingat film ini dirilis ditengah masa pandemi. Pasalnya bioskop hanya ditayangkan di beberapa bioskop. Bukan cuma itu, pengoperasian biokskop di Korea Selatan juga dibuka dengan jumlah penonton terbatas.
Imax dari Korea Selatan menyumbang pendapatan terbesar dengan 365.000 dollar dari 18 lokasi. Sementara itu di Taiwan, film ini menghasilkan 310.000 dollar dari penayangan di 10 layar Imax.