Isu rasisme Papua juga jadi sorotan media asing seperti Reuters dan The New York Times
Semangat anti rasisme masih gencar disuarakan hingga kini. Meski pergerakannya masih berpusat di Amerika, isu senada nyatanya juga terjadi di seluruh dunia, termasuk Indonesia, khususnya terhadap warga Papua.
Tak heran, momentum ini digunakan para aktivis papua untuk membawa tagar #PapuaLivesMatter naik ke permukaan, seiring dengan semangat #BlackLivesMatter.
Jika dipikir-pikir, hal tersebut tentu tidak mengherankan. Mengingat isu rasisme di tanah air masih sering terjadi, kebanyakan insidennya masih luput dari perhatian khalayak umum.
“Aku pikir #BlackLivesMatter adalah gerakan yang penting dan berguna untuk mendorong warga Indonesia untuk merefleksikan perlakuan para polisi pada warga Papua”
Demikian tutur Ligia Judith Giay, salah satu pelajar Papua, dilansir dari Reuters.
Demonstrasi warga Papua di Oxford (source: westpapuanews.org)
Dalam sebuah demonstrasi #BlackLivesMatter di Australia, ketidakadilan dan kekerasan pihak otoritas terhadap warga Papua juga sempat jadi tema pidato protes warga Papua di negeri kangguru tersebut.
“Perlakuan tidak manusia yang merenggut nyawa George Floyd mengingatkan ku pada insiden yang terjadi pada bulan Juli tahun 2016, ketika warga asli berkulit hitam bernama Obby Kogoya, kepalanya diinjak dan ditekan dengan dengkul meski sudah ditahan polisi, ketika ia dan pelajar Papua lainnya dikepung di sebuah asrama di Yogyakarta, Indonesia,” jelas Cindy Makabory, warga Papua yang menyuarakan pidato tersebut.
“Dan kini seiring dengan bergabungnya warga Papua Barat dengan komunitas kulit hitam di Amerika Serikat dan (Australia), kami bisa merasakan rasa sakit, kemarahan dan kehilangan yang kalian rasakan.”
“Karena mereka adalah saudara kami juga, mereka adalah ibu kami, paman kami, bibi kami, yang menerima perlakuan brutal.”
Mungkinkah gerakan #BlackLivesMatter mendorong warga Indonesia untuk lebih peduli dengan warga kulit hitam?
Menyoal tentang kepedulian terhadap isu rasisme, analis politik Indonesia, Yohanes Sulaiman, mengaku pesimistis.
Source: The Jakarta Post
“Warga Indonesia umumnya masih belum menyadari isu rasisme terhadap warga Papua,” tuturnya.
“Sebagian besar warga Indonesia masih menganggap Papua sebagai masalah separatisme. (Karena) begitulah pemerintah membingkai isu ini selama berdekade-dekade.”
Kontribusi untuk warga Papua
Merespon adanya peningkatan kepedulian terhadap isu rasialisme warga Papua, sebuah situs pun sudah dibuat sebagai saluran informasi dan bantuan.
KNPB: Hukum Indonesia Rasis Terhadap Orang Papua https://t.co/7p7OVoIl7E
— Suara Papua (@SuaraPapua) June 8, 2020
Lewat laman kitaharusbicaratentangpapua.carrd.co, publik pun bisa belajar, mendengar juga menunjukan kepedulian terhadap warga Papua.
Dengan begitu, semangat kepedulian terhadap warga Papua akan terus hidup, meski #BlackLivesMatter dan #PapuaLivesMatter tak lagi jadi trending topic.
Baca juga: Harga Beras 10 Kg Setara dengan 4 Gram Emas di Wilayah Indonesia Ini