Varian Son of Omicron alias ‘subvarian’ BA.2 belakangan ini menjadi salah satu perbincangan terhangat.
Kendati sulit dideteksi dengan SGTF (S-gene Target Failure), Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin memastikan varian itu sudah ada di Indonesia.
“Sudah ada. Kita sudah deteksi mungkin sekitar 10,” tuturnya pada Kamis (27 Januari).
Son of Omicron sulit terdeteksi
Lebih lanjutnya, Menkes mengakui bahwa subvarian BA.2 memang berbeda dengan BA.1 sehinga tidak terdeteksi SGFT. Namun Menkes memastikan akan segera mempunyai reagen yang dapat mendeteksi kedua subvarian tersebut.
Sementara itu, pakar biologi molekuler Ahmad Rusdan Utomo menjelaskan SGTF sulit mendeteksi subvarian BA.2. Itulah yang menjadikan sub varian ini mendapat julukan ‘Stealth Omicron’ atau ‘Omicron Siluman’.
“Salah satu perbedaanya adalah BA.2 tidaka da delesi asam amino posisi 69-70 pada protein spike [protein tanduk yang merupakan kunci protein virus masuk ke sel manusia,” tuturnya dilansir Detik.com, Kamis (27 Januari).
Satgas Covid minta DKI, Jabar dan Banten waspada varian ini
Sementara itu, Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 meminta pemerintah DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten untuk mengevaluasi strategi penanganan pandemi virus corona.
Pasalnya, ketiga provinsi tersebut tercatat menjadi daerah penyumbang terbesar kasus di Indonesia. Wiku Adisamsito selaku Juru Bicara Satgas Covid menyebut dalam sepekan terahir tercatat 13.316 kasus berasal dari ketiga provinsi tersebut.
Dia juga menyebut bahwa varian BA.2 berjuluk Son of Omicron patut diwaspadai karena memiliki kemampuan menghindar dari test SGTF.
Di mana varian ini dapat ‘bersembunyi’ dari fokus area genome varian Omicron yang kehilangan atau delesei beberapa huruf genetik di gen S.
“Pada Omicron BA.2, susunan ini tidak hilang sehingga PCR tidak memunculkan SGTF, atau hasilnya sama dengan varian lain yang bukan Omicron. Padahal BA.2 jenis Omicron,” jelas Wiku.