Virus NeoCov belum lama ini menjadi temuan ‘terbaru’ ilmuwan di China. Faktanya, virus tersebut diklaim memiliki penularan dan tingkat kematian tinggi.
Saking ganasnya, virus ini mampu mematikan 1 dari 3 orang yang terinfeksi.
Bukan jenis baru, virus masih harus diteliti lebih lanjut
Kendati demikian, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut kalau virus NeoCov ini masih harus diteliti lebih seksama.
“Apakah virus yang terdeteksi dalam penelitian akan menimbulkan risiko dan masalah baru bagi manusia? Masih perlu penelitian lanjutan,” tutur WHO.
Lebih lanjutnya WHO menyebut virus ini bukan varian baru SARS-CoV-2, melainkan jenis baru yang ditularkan via hewan. NeoCov juga dikenal dengan sebutan Neoromicia Capensis.
“Hewan, terutama satwa liar adalah sumber lebih dari 75 persen penyakit menular yang muncul pada manusia. Diantaranya disebabkan oleh virus baru. Corona sering ditemukan pada hewan, salah satunya kelelawar,” lanjut WHO.
Jadi apa itu NeoCov?
Dilansir dari Theprint.in, NeoCov adalah ‘kerabat’ genetik paling dekat dari MERS-CoV atau varian Corona lain yang kerap menyebabkan infeksi saluran pernapasan di daerah Timur Tengah.
MERS-CoV sendiri pertama teridentifikasi di Arab Saudi pada tahun 2021 silam. Berdasarkan data WHO, ada sekitar 35 persen pasien yang terinfeksi dan meninggal dunia.
Berpotensi menyerang manusia, sejauh ini belum ada kasusnya
Meski disebut kerabat dekat genetik MERS-CoV dan berpotensi menyerang manusia, sejauh ini belum ada temuan kasus manusia dengan infeksi NeoCov.
Dilansir dari bioRxviv, Ilmuwan China menjelaskan virus sangat mudah mengikat reseptor ACE 2 dalam sel kelelawar dan menginfeksi hewan itu.
Tetapi tidak efisien untuk mengikat ACE 2 pada manusia, kecuali terjadi mutasi baru.
Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa NeoCov tidak bisa dihancurkan oleh antibodi dari Covid, dan bersifat zoonis. Itu berarti, ditularkan hewan ke manusia.
Penularan disebut bisa terjadi secara kontak langsung atau tidak.