Warren Hue, dari SoundCloud, Los Angeles hingga 88rising
Warren Hue memulai karir musiknya di tahun 2018. Ketika itu Warren —yang saat itu menggunakan moniker warrenisyellow— membuat remix dari lagu “Womp Womp” milik rapper Amerika, Valee di SoundCloud.
Tak butuh waktu lama, ia mulai merilis karya orisinilnya pada tahun 2019 dengan lagu YELLOW, sebuah menu pembuka menuju album perdananya yang bertajuk “SUGARTOWN.”
Namanya mulai mencuri sorotan global ketika ia bergabung dengan 88rising, menambah roster Indonesia di label yang berkantor pusat di New York tersebut.
Sejak saat itu, portfolio Warren Hue pun kian panjang dengan sejumlah single internasional seperti “omomo punk” dan “Too Many Tears.”
Beberapa waktu lalu, USS Feed berkesempatan untuk ngobrol langsung dengan sang rapper; ngobrolin karirnya yang dimulai dari usia 16 tahun, proses kreatif, hingga perbedaan Indomie di Indonesia dan Amerika.
Dimana lokasi kamu sekarang? Apa kabar?
Aku ada di Los Angeles sekarang dan baik-baik aja.
Apakah sekarang kamu merasa sedang hidup sesuai cita-citamu?
Rasanya sih begitu. Aku suka banget hidup di Los Angeles. Semuanya terasa seperti petualangan yang gila, dan sekarang aku banyak fokus membuat musik dan menggarap album baru.
Kamu inget nggak sih dulu sempat perform di Urban Sneaker Society (USS) tahun 2019?
Tentu saja! Aku ingat merasa sangat gugup ketika mau manggung di USS 2019. Soalnya ketika itu aku manggung di depan orang-orang baru dan belum punya fanbase yang kuat.
Tapi momen itu terasa sangat menyenangkan.
Gimana sih ceritanya kamu perform dari Jakarta dan kini di Los Angeles?
Aku mendapatkan pesan dari 88rising. Aku nggak inget kapan persisnya, mungkin sekitar akhir tahun 2020.
Aku langsung sangat bersemangat dan cerita ke teman-teman dan keluargaku. Lalu kamu bertukar pesan hingga akhirnya dapet kesempatan untuk kerja sama dengan mereka, berkat kekuatan internet.
Aku juga merasa diriku masih sebagai “rapper internet” jadi hal ini terasa menyenangkan.
Sekarang kamu sudah bikin beberapa materi baru dan manggung di Los Angeles. Setelah ini kamu mau bikin apa? Apakah kamu berencana untuk istirahat dulu? Atau mau jalan terus?
Nggak! Aku nggak akan istirahat! Aku masih harus banyak bekerja keras. Aku belum kayak Drake, aku sadar aku masih harus bekerja untuk sampai di titik yang aku inginkan.
Aku selalu bikin musik tiap hari, ke studio dan mengerjakan album. Mudah-mudahan semuanya bisa rampung cepat dan orang-orang bisa mendengarkannya dalam waktu dekat.
Ada nggak sih rencana untuk kolaborasi di album itu?
Aku belum tau, tapi aku berencana untuk bekerja sama dengan beberapa orang. Aku belum bisa kasih tau sih siapa aja.
Kamu cuma bakal tau ketika album itu dirilis. Jadi nanti orang orang bakal bilang “wow Warren kolaborasi dengan orang ini!” dan hal itu akan jadi hal yang keren.
Jadi sampai hari itu tiba, aku tidak akan kasih tau dengan siapa.
Apa sih perbedaan yang paling kamu rasain sejak berubah dari “internet rapper” hingga jadi bagian dari 88rising?
Perbedaan yang paling signifikan adalah ketika aku masuk ke studio dan bekerja bareng sound engineer dan produser secara langsung
Sementara ketika aku masih di Jakarta, aku hanya bekerja di rumah. Aku berkomunikasi dengan produser ku secara online, bukan secara langsung.
Untungnya 88rising sangat suportif, bahkan untuk urusah kehidupan sehari-hari! Jadi aku merasa sangat beruntung.
Kamu kangen makanan Indonesia nggak sih? Denger-denger Indomie di Amerika rasanya beda ya?
Iya! Beda banget! Sausnya terasa sedikit beda dan nggak bikin puas kayak di Indonesia.
Bahkan untuk rasa Indomie kuah, aku lebih suka kuah daripada Indomie goreng by the way, kuahnya nggak cukup enak. Di sini Indomie soto disebut Indomie sup sayur dan rasanya agak sedikit beda.
Sebagai rapper Indonesia yang berkarir di Amerika, ada nggak sih miskonsepsi yang kamu denger atau rasain tentang Indonesia?
Aku nggak bener-bener rasain hal itu. Tapi aku merasa harusnya ada lebih banyak rapper Indonesia yang dateng kesini. Soalnya Indonesia punya banyak banget talenta keren!
Aku merasa generasi baru musik harus punya nuansa yang berbeda dari orang-orang yang berbeda. Karena hal itu yang bikin kultur ini unik.
Ada nggak sih bucket list kamu yang belum kesampean?
Mungkin punya estetika penuh dalam satu album, semacam “era” lewat album. Misalnya kayak “IGOR” milik Tyler, The Creator yang punya tampilan sendiri, persona tersendiri.
Aku merasa memiliki momen ikonik adalah sesuatu yang sangat penting dan aku ingin membuatnya dengan baik.
–
Apa lagu Warren Hue favorit lo? Let us know in the comments below!
Ngomongin fashion, kamu selalu terlihat ekspresif dan keren. Gimana cara kamu mendeskripsikan gaya kamu?
Mungkin warna-warni dan muda.
Aku streetwear, tapi aku juga suka bereksperimen.
Aku mungkin akan membuat sesuatu yang berhubungan dengan fashion di masa mendatang. Hal ini penting banget soalnya aku suka banget dengan fashion.
By the way, kamu masih dengerin musik di Indonesia nggak sih?
Aku nggak terlalu banyak dengerin musik Indonesia. Tapi aku pengen banget kerja sama dengan Yosugi alias BAP. sebagai produser.
Aku sempat ketemu dia dua kali, tapi kami nggak banyak ngobrol. Waktu itu aku sempet bilang ke dia bahwa dia menginspirasiku ketika aku pertama kalu membuat musik.
Apa pesan kamu buat pendengar kamu yang ada di Indonesia?
Ekpresikan diri kamu semaksimal mungkin dan jangan biarkan ada orang lain mengatakan bahwa yang kamu lakukan adalah hal yang salah!
Aku rasa kita semua harus bisa mengekspresikan diri tanpa takut orang lain menghakimi kita.