Isu kekerasan seksual di “Penyalin Cahaya”
Setelah sukses dengan rangkaian film pendeknya, sutradara Wregas Bhanuteja akhirnya perkenalkan film penuh pertamanya yang berjudul “Penyalin Cahaya.”
Dalam konferensi pers yang diadakan secara virtual pada Kamis (2/9/2021) lalu, Wregas pun menuturkan bahwa film tersebut akan menyoal isu kekerasan seksual yang kerap luput dari sorotan publik.
“Saya merasa masyarakat kita sangat urgent atau perlu untuk mengetahui soal daruratnya kekerasan seksual di tempat kita ini,” kata Wregas.
“Saya rasa film ini haruslah hadir untuk membangkitkan awareness di masyarakat tentang pentingnya kita melawan bersama-sama kekerasan dan pelecehan seksual,” kata Wregas.
Baca juga: Alumni Universitas Brawijaya Jadi Ahli Perkebunan Taman Kota New York, Digaji Rp30 Juta per Bulan
Terinspirasi dari mesin fotokopi
Soal judul, Wregas mengaku bahwa ia terinspirasi dari mesin fotokopi.
“Sejujurnya ini translation literal dari fotocopy. Photos dalam bahasa Latin artinya cahaya, copy ya dari Bahasa Inggris artinya salin. Cahaya yang disalin, salinan cahaya,” kata Wregas.
Tanpa mengungkap terlalu banyak, Wregas juga sempat mengisyaratkan bahwa mesin fotokopi akan punya peran penting dalam plot film in.
Lewat laman instagramnya, Wregas menyebut bahwa foto ini berkisah tentang seorang pelajar bernama Sur yang harus kehilangan beasiswanya lantaran dinilai mencemarkan nama baik fakultas usai swafotonya ketika mabuk beredar.
Tak ingat dengan kejadian yang berlangsung, Sur pun meminta bantuan Amin, teman masa kecil yang kini bekerja sebagai tukang fotokopi untuk membantunya mencari tau kejadian yang sesungguhnya.
Baca juga: Kenalan dengan Hisao Inagaki, Konjen Jepang di AS yang Terobsesi Bikin Burung Bangau Kertas Selama Setahun
“Penyalin Cahaya” bakal tayang perdana di Busan International Film Festival (BIFF)
“Penyalin Cahaya” dipastikan bakal ditayangkan perdana di Busan International Film Festival (BIFF) yang bakal digelar pada 6-15 Oktober mendatang.
Film tersebut akan berlaga di program kompetisi utama yang bernama “New Currents.”