You and I, film dokumenter asal Solo yang berhasil sabet penghargaan internasional
Dua sahabat yang hidupnya terpelintir oleh sejarah berhasil Fanny Chotimah abadikan dalam sebuah dokumenter panjang, You and I. Film dokumenter ini bisa Lo nikmati di Bioskop Online.
Potret kisah perjalanan dua sahabat, Kasimah dan Kusdalini yang menjadi nadi dalam film dokumenter ini ia garap selama hampir empat tahun.
Takdir mempertemukan mereka karena konflik politik tahun 1965 yang menjebloskan mereka ke penjara 50 tahun yang lalu tanpa pernah diadili. Mereka adalah mantan narapidana politik yang bertahan hidup dalam stigma masyarakat.
Semasa mudanya, mereka aktif dalam paduan suara organisasi Pemuda Rakyat
Setelah keluar dari penjara, keluarga Kaminah menolaknya kembali karena stigma yang begitu kuat tentang tahanan politik G30S/PKI. Akhirnya ia tinggal bersama Kusdalini hingga nafas terakhirnya.
Bahkan, mereka juga gak bisa melanjutkan sekolah dan bekerja. Untuk bertahan hidup, mereka membuka warung, jualan soto, dan melayani catering.
Ketulusan You and I berhasil merebut penghargaan sebagai film dokumenter terbaik Asia tahun 2020 pada Asian Competition of the 12th DMZ International
Proses pembuatan yang sangat panjang
Melansir dari VOA Indonesia, Fanny gak terburu-buru untuk mengambil rekaman kehidupan Mbah kam dan Mbah Kus.
Selama bertahun-tahun, Fanny memberi ruang yang luas kepada keduanya untuk menerima kehadirannya sebelum membungkus gambaran kehidupan mereka ke dalam kamera.
Ia seringkali hanya datang untuk sekadar mendengar cerita-cerita mereka, apa yang mereka alami, makan siang bersama, dan ngobrol-ngobrol lama.
Kedekatan Fanny sebagai sutradara dokumenter ini melahirkan pengambilan gambar yang alami.
Rasanya penonton seperti berada di samping Mbah Kam dan Mbah Kus ketika menonton film ini. Ikut merasakan trauma masa lalu yang keduanya alami.
Ingin lepas stigma
You and I gak banyak menampilkan latar belakang yang membuat kedua tokoh ini masuk ke penjara. Mereka menunjukkan bagaimana kehidupan dua mantan tahanan politik selepas dari penjara.
Stigma yang melekat begitu kuat sebagai tahanan politik pembantaian G30s/PKI.
Fanny sendiri menegaskan kalau ia ingin menunjukkan terlepas dari stigma ini, ada sisi kemanusiaan yang luar biasa.
“Bukan soal latar belakang politik atau pilihan yang diambil seseorang. Dan hal ini masih terjadi sampai sekarang ketika ada orang atau kelompok yang distigmatisasi karena memiliki orientasi seksual atau kepercayaan berbeda,” kata Fanny.
–
Kini Mbah kam dan Mbah Kus udah tenang menonton dari atas sana.
-
Kutukan (Cinta Pertama) Jadi Single Terbaru Raisa, Apa Cerita Dibalik Lagu Itu?
-
‘Snowpiercer’ Season 2, Berlanjutnya Kehidupan Manusia di Kereta Setelah Apokalips
-
Afgan Rilis Debut Album Internasional Bertajuk “Wallflower”