Mungkinkah daya serap hutan makin lemah?

Studi Cornell University yang dipublikasikan di Arxiv menemukan kalau hutan, tanaman, dan tanah yang sebetulnya punya fungsi menyerap karbondioksida (CO2), hampir nggak bisa menyerap zat tersebut pada 2023.

Indikasinya apa? Kandungan CO2 di udara di Gunung Mauna Loa naik hingga 3.37 ± 0.11 PPM* pada 2023 ketimbang tahun sebelumnya, padahal emisi fosil dunia hanya naik hingga 0.6  ± 0.5 %. Kandungan CO2 tersebut naik 86% ketimbang tahun sebelumnya.

*PPM: Parts per million, tolak ukur kualitas udara

Sumber: Arxiv, The Guardian & DownToEarth

Temuan ini menunjukkan kalau ada pelemahan daya serap karbon di daratan maupun laut.

”Pada 2023, akumulasi CO2 di atmosfer sangat tinggi dan ini mengartikan kalau daya serap terrestrial biosphere* sangat, sangat rendah.”

  • Peneliti di French Laboratory of Climate and Environmental Sciences, Philippe Ciais, dikutip dari The Guardian. 

*Gabungan seluruh ekosistem di daratan Bumi.

(Courtesy of Freepik)

Apa Penyebab Fenomena Ini?

Sebagaimana dilansir The Guardian, emisi gas rumah kaca yang semakin lama semakin banyak membuat alam nggak bisa menjaga keseimbangan dalam menyerap CO2, terlebih karena suhu Bumi juga makin panas.

Nggak cuma itu, kemampuan penyerapan CO2 di Hutan Amazon yang semakin berkurang, juga kondisi panas di hutan wilayah utara membuat daya serap daratan Bumi pada 2023 semakin lemah, dan akibatnya kandungan karbondioksida di atmosfer makin banyak.

Kalau Hutan Nggak Bisa Lagi Nyerap Karbon, Apa yang Bakal Terjadi?

Sebenarnya, pelemahan hutan dalam menyerap karbon sempat diprediksi bakal terjadi setelah tahun 2025 karena banyak pohon yang bisa mati akibat bencana alam maupun ulah manusia.

Bahkan, hutan bisa aja jadi penyumbang karbon. Kok bisa? Alasannya, pohon yang ada di hutan nggak bisa lagi menyerap karbon dalam jumlah yang sama seperti yang dikeluarkan oleh hutan tersebut akibat banyak pohon yang mati dan membusuk.

  • 100 Juta Metrik Ton: Prediksi emisi karbon yang bisa dihasilkan hutan tiap tahun.
  • 150 Juta Metrik Ton: Emisi karbon yang diserap hutan di Amerika Serikat, setara dengan total emisi yang dihasilkan oleh 40 pembangkit listrik.

Sumber: Scientific American

Kita Nggak Bisa Ngandelin Hutan Buat Ngatasin Polusi Karbon?

”Masalah penyerap (CO2) alami nggak pernah dipikirkan dengan baik di ranah politik ataupun pemerintahan. Selalu beranggapan kalau penyerap (CO2) alami (seperti hutan) akan terus ada bersama kita.

Sejujurnya, kita masih belum-belum mengerti hal itu (penyerap CO2 alami)… Apa yang bakal terjadi jika penyerap (CO2) alami nggak lagi bekerja karena iklimnya berubah?”

  • Head of Exeter University’s Marine & Atmospheric Science Group, Andrew Watson, dilansir dari The Guardian.

Apa yang Mesti Dilakukan Buat Ngurangin Emisi Udara?

  • Menjaga hutan yang notabene bertugas sebagai penyerap karbon alami, contohnya dengan menghidupkan kembali hutan yang rusak.
  • Memanfaatkan bahan organik biomassa dari tanaman dan alga buat menyerap karbon.
  • Menggunakan teknologi buat “menangkap” kandungan karbondioksida di udara.
  • Mengubah CO2 yang bentuknya gas menjadi bentuk solid menggunakan teknik carbon mineralization.

Sumber: WRI

(Courtesy of Pexels)

TL;DR

Beberapa waktu lalu, sebuah studi yang dirilis di Arxiv menemukan kalau hutan, tanaman, dan tanah yang sebetulnya punya fungsi menyerap karbondioksida (CO2), hampir nggak bisa menyerap zat tersebut pada 2023.

What are your thoughts? Let us know!

(Courtesy of Freepik & Pexels)