Presiden Jokowi Soal Situasi Rasio Penduduk Pascasarjana di RI
Baru-baru ini, Presiden RI Joko Widodo mengungkapkan kalau jumlah lulusan pascasarjana di Indonesia masih lebih rendah dari negara tetangga, yakni Vietnam dan Malaysia. Jokowi pun mengatakan pemerintah berupaya mengambil langkah untuk mengejar ketertinggalan ini, tujuannya agar jumlah lulusan S2 dan S3 naik secara drastis.
Tak hanya itu, Jokowi turut menyoroti pentingnya pembiayaan pendidikan dan riset secara optimal, nggak hanya dari APBN dan APBD, tapi juga pemanfaatan dana abadi yang dimiliki pemerintah.
Dana abadi sendiri merupakan dana bersifat abadi yang ditujukan untuk menjamin keberlangsungan program pendidikan bagi generasi berikutnya, pun tidak dapat digunakan untuk belanja. Pada 2010, pemerintah menginvestasikan dana abadi sebesar Rp1 triliun dan terus dikumpulkan sampai saat ini.
“Dan, rasio penduduk berpendidikan S2 dan S3 terhadap populasi produktif itu juga masih sangat rendah sekali kita ini. Saya kaget juga, kemarin dapat angka ini saya kaget. Indonesia itu di angka 0,45 persen, 0,45 persen. Negara tetangga kita Vietnam, Malaysia sudah di angka 2,43 persen. Negara maju 9,8 persen. Jauh sekali.”
- Presiden RI Joko Widodo dalam Pembukaan Konvensi Kampus XXIX dan Temu Tahunan XXV Forum Rektor Indonesia (FRI) pada Senin (15/01/2024).
(via Giphy)
Data Jumlah Penduduk RI Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Kelompok | Jumlah |
Tidak/Belum Sekolah | 66.067.748 jiwa. |
Belum Tamat SD | 30.532.881 jiwa. |
Tamat SD | 64.299.891 jiwa. |
SMP | 40.210.820 jiwa. |
SMA/SMK | 58.570.662 jiwa. |
D1 dan D2 | 1.115.867 jiwa. |
D3 | 3.564.392 jiwa. |
S1 | 12.442.164 jiwa. |
S2 | 882.113 jiwa. |
S3 | 63.315 jiwa. |
Sumber: Data Kementerian Dalam Negeri, dikutip dari DataIndonesia.id.
Penyebab Angka Pascasarjana di Indonesia Rendah
Rendahnya minat warga Indonesia untuk mengejar pendidikan pascasarjana bisa jadi dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Misalnya, minimnya lapangan kerja yang membutuhkan gelar pascasarjana selain bidang riset. Selain itu, dunia kerja di Indonesia juga tidak memberikan remunerasi maupun reward yang berbeda antara lulusan S1 dan S3.
Di sisi lain, jenjang S2 dan S3 juga membutuhkan investasi waktu, tenaga, dan uang. Namun ekosistem dunia kerja Indonesia dinilai tidak memberikan hasil yang setimpal supaya “investasi tersebut” bisa “balik modal.”
(via Giphy)
Kualitas Pendidikan di Indonesia dan Lowongan Kerja
Di sisi lain, sebagaimana dilansir Lowy Institute, tantangan terbesar dalam bidang pendidikan di Indonesia bukan lagi soal meningkatkan akses, tetapi lebih pada meningkatkan kualitas. Banyak guru dan dosen Indonesia kurang memahami ilmu pengetahuan yang diajarkan dan keterampilan untuk mengajar secara efektif.
Selain itu, hasil belajar siswa Indonesia buruk, pun adanya kesenjangan antara kemampuan yang dimiliki sarjana Indonesia dengan kebutuhan pemberi lowongan kerja.
Nggak hanya itu, riset dari Universitas Bina Nusantara (BINUS) mengungkapkan bahwa lulusan sarjana Indonesia juga kadang merasa malas buat mencari kerja karena mereka baru lulus. Beberapa dari mereka ingin menikmati waktu senggang sebelum masuk ke dunia kerja.
Faktor Penyebab Sistem Pendidikan di Indonesia Belum Optimal
- Kualitas pengajar yang rendah.
- Kualitas riset yang rendah.
- Kualitas sumber daya manusia yang rendah.
- Sistem pemerintahan yang kurang baik.
- Keterbatasan dalam otonomi akademik dan manajemen.
Sumber: Center for Indonesian Policy Studies (CIPS)
(via Giphy)
TL;DR
Presiden RI Joko Widodo mengungkapkan kalau jumlah lulusan pascasarjana di Indonesia masih lebih rendah dari negara tetangga, yakni Vietnam dan Malaysia. Ia juga mengungkapkan kalau rasio penduduk produktif di Indonesia yang berpendidikan S2 dan S3 hanya mencapai 0,45 persen.
What are your thoughts? Let us know!
(Photo courtesy by Pexels)