Paylater Meroket, Warga RI Makin Hobi Ngutang?

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru aja rilis data terbaru, dan hasilnya cukup mencengangkan. Per Januari 2025, total utang masyarakat Indonesia lewat layanan Buy Now Pay Later (BNPL) atau paylater perbankan mencapai Rp22,57 triliun!

“Per Januari 2025, baki debet kredit BNPL tumbuh sebesar 46,45 persen year on year menjadi sebesar Rp22,57 triliun dengan jumlah rekening 24,44 juta,” ungkap Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae dalam konferensi pers, Selasa (4/3).

Bukan cuma dari bank, tren paylater di perusahaan pembiayaan juga makin naik. Menurut Kepala Eksekutif Pengawasan Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, LKM dan LJK Lainnya (PVML) OJK, Agusman, total kredit paylater dari multifinance mencapai Rp7,12 triliun per Desember 2024. Angka ini tumbuh 41,9 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Fintech dan Pinjol Juga Ikutan Nanjak

Nggak cuma bank dan multifinance, sektor fintech peer-to-peer (P2P) lending atau pinjaman online (pinjol) juga ikut panen besar. OJK mencatat total pembiayaan dari industri ini mencapai Rp78,5 triliun per Januari 2025.

“Di industri fintech peer-to-peer lending, outstanding pembiayaan di Januari 2025 tumbuh 29,94 persen year on year. (Sementara) di Desember 2024 tercatat 29,14 persen yoy,” lanjut Agusman.

Menariknya, meski jumlah pinjaman meningkat, tingkat kredit macet pinjol alias TWP90 masih stabil di angka 2,52 persen. Bahkan, sedikit lebih baik dibandingkan Desember 2024 yang masih di level 2,6 persen.

Sejumlah massa aksi menunjukkan poster saat unjuk rasa di Taman Elektrik, Kota Tangerang, Banten, Kamis (27/2/2025). Aksi yang diikuti berbagai organisasi perempuan muslim tersebut sebagai bentuk perlawanan maraknya judi online, pinjaman online dan bank keliling yang mengancam kesejahteraan keluarga Indonesia. ANTARA FOTO/Putra M. Akbar/foc.

Piutang Multifinance Juga Ikut Naik

Sementara itu, piutang pembiayaan dari multifinance juga nggak mau kalah. Per Januari 2025, angkanya naik 6,04 persen (yoy) jadi Rp504,33 triliun.

Tapi ada yang harus diperhatikan, karena rasio pembiayaan macet (NPF) gross juga ikut naik ke 2,96 persen, dari sebelumnya 2,70 persen di Desember 2024. Untuk NPF net, naik tipis dari 0,75 persen ke 0,93 persen.

Paylater: Gaya Hidup atau Perangkap Finansial?

Dengan angka-angka segila ini, pertanyaannya: apakah paylater ini udah jadi gaya hidup masyarakat atau malah bikin banyak orang kejebak utang?

Di satu sisi, fasilitas BNPL bikin belanja lebih gampang dan fleksibel. Tapi di sisi lain, tanpa kontrol yang baik, paylater bisa jadi bumerang yang bikin kondisi finansial makin berat.

Jadi, bijak-bijak ya dalam pake paylater. Jangan sampai lebih besar pasak daripada tiang!

Let us know your thoughts!

  • Patung Penyu Rp15,6 Miliar Diduga dari Kardus Bekas, Bupati Sukabumi Kena Semprot Netizen

  • KPK Tetapkan 5 Tersangka dari Kasus Korupsi LPEI yang Berpotensi Rugikan Negara Rp11,7 T

  • Mendikdasmen Umumkan Perubahan Jadwal Pembelajaran dan Libur Lebaran 2025, Dipercepat Jadi 21 Maret