“TOLONG, ANAKKU BUTUH GANJA”
Begitu tulisan di papan dalam genggaman seorang ibu yang memperjuangkan ganja medis di tengah car free day (CFD). Pemandangan itu pun didokumentasikan banyak orang, hingga viral di media sosial baru-baru ini.
Selama melakukan aksi itu, sang ibu, Santi, terlihat bersama anaknya, Pika, yang duduk tak berdaya di stroller. Diketahui, anaknya mengidap cerebral palsy dan terus mengalami kejang setidaknya seminggu dua kali.
Menurut National Health Service (NHS UK), cerebral palsy adalah kondisi yang mempengaruhi gerakan dan koordinasi, disebabkan oleh kerusakan otak sebelum, selama, atau setelah kelahiran.
Terus, apa hubungannya celebral palsy sama butuh ganja?
https://www.instagram.com/p/CfQiEFZrDdn/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading
Bukan buat nge-fly, ganja medis bisa bermanfaat betulan!
Di Indonesia, ganja selalu melekat dengan stigma tabu. Pasalnya zat yang ada dalam tanam itu bisa mendatangkan efek negatif buat penggunanya, biasanya sih kita kenal dengan istilah ‘nge-fly’, bahkan ‘halu’.
Ternyata, efek itu disebabkan oleh zat yang namanya tetrahydrocannabinol (THC), menurut Harvard Health Publishing.
Tapi, ada juga zat lain di ganja yang nggak se-kontroversial itu, namanya cannabidiol (CBD). Yup, zat ini lah yang biasa dipakai untuk ganja medis.
Berbagai manfaat dari CBD, di antaranya menyembuhkan insomnia, kecemasan, hingga kejang. Selain itu, ganja medis juga terbukti bisa mengobati kondisi yang mengancam hidup, seperti epilepsi.
Penggunaan paling umum dari ganja medis di Amerika Serikat adalah untuk mengurangi rasa sakit (pain control). Walaupun nggak cukup kuat untuk ngatasin rasa sakit seperti patah tulang, CBD lebih aman dan lebih tak adiktif daripada zat opiat.
Ngomong-ngomong soal manfaatnya, studi dari National Institutes of Health (NIH) tahun 2011 menunjukkan kalau ganja jadi zat yang paling bisa menyembuhkan rasa sakit dari cerebral palsy.
Jadi, nggak kaget kalau ibu Santi memperjuangkan ganja medis demi pengobatan anaknya.
Baca juga: DPR Bakal Kaji Legalisasi Ganja Medis di Indonesia
Apakah Indonesia bakal legalkan ganja medis?
Berbagai negara di dunia sudah melegalkan ganja untuk penggunaan kesehatan, mulai dari negara-negara di Eropa, Amerika, hingga Asia.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun sudah menyetujui permintaan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk melegalkan tanaman tersebut dalam pengobatan Desember 2020.
Tak cuma itu, topik legalisasi ganja juga naik ke permukaan belakangan ini karena Thailand menjadi salah satu yang pertama di Asia Tenggara. Karena itu, masyarakat bertanya-tanya tentang pelegalan ganja di Indonesia.
Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad mengungkapkan bahwa DPR akan mencoba membuat kajian soal ganja medis di Indonesia.
Rencananya, kalau kajian ini dilakukan, mereka bakal menggarapnya bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Namun sampai saat ini, undang-undang kesehatan dan narkotika belum mengakomodir hal tersebut.
What are your thoughts? Let us know!