Beberapa hari lalu (17/9), baru saja Sepatu Compass memasang instalasi sepatu berukuran raksasa di berbagai spot di Jakarta.

Menurut berbagai laporan, instalasi itu mengandung makna kebebasan berekspresi. Cuma dalam hitungan hari, salah satu dari instalasi itu, tepatnya yang terletak di kawasan BNI City pun jadi sasaran vandalisme.

Polisi dan Pemerintah DKI pun ingin mengusut persoalan ini. Tapi, bukannya ini ‘kebebasan berekspresi’?

Simak, nih penjelasannya!

Tentang instalasi Sepatu Compass, dukungan untuk industri kreatif Indonesia

Mengutip dari Instagram resmi Sepatu Compass, instalasi raksasa ini terpasang di tiga lokasi Jakarta, bentuknya menyerupai sepatu produksi mereka.

Beberapa instalasi yang mereka pasang itu merupakan bentuk dukungannya kepada Festival Kolaborasi Jakarta untuk kemajuan industri kreatif di Indonesia.

Selain itu, sepatu warna-warni raksasa itu juga menandai awal dari gerakan berXpresi Compass pada periode ke-2 di 2021.

Wagub DKI: Kreativitas harus pada tempatnya!

Instalasi Sepatu Compass Sasaran Vandalisme, 'Kebebasan Berekspresi'?
via Gfycat

Masalah vandalisme memang lagi marak terjadi di Indonesia beberapa waktu belakangan. Kali ini, simbol yang menyuarakan kebebasan berekspresi pun jadi sasaran.

Di satu sisi, ‘grafiti’ adalah salah satu bentuk ‘seni’ yang tentunya penuh kreativitas. Namun di sisi lain, seringkali grafiti terkaitkan dengan vandalisme.

Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza pun buka suara dan merasa prihatin tentang aksi ini. Melansir CNN, ia menyatakan kalau pihak pemerintah sebenarnya memberi kesempatan yang luas untuk berkreasi.

Tapi, kreativitas itu harus dilakukan pada tempatnya masing-masing. Kini, aparat bakal mengusut siapa pelaku di balik aksi vandalisme tersebut.

Vandalisme, Grafiti, Mural? Beda!

Instalasi Sepatu Compass Sasaran Vandalisme, 'Kebebasan Berekspresi'?
via Giphy

‘Seni’ di instalasi Sepatu Compass ini cuma satu dari berbagai contoh kejadian serupa. Seni lukis atau tulisan yang muncul di berbagai tempat umum memunculkan dua hal: terlihat indah, atau bahkan dianggap merusak.

Grafiti sendiri punya arti ‘tulisan’, biasanya identik dengan cat semprot atau spidol, biasanya jadi sarana sindiran.

Kemudian, Mural merupakan lukisan yang dibuat pada bidang permanen, seperti dinding. Biasanya, mural lebih terkonsep daripada grafiti.

Sedangkan vandalisme merujuk pada perilaku orang-orang yang menghancurkan atau merusak karya orang dengan sengaja untuk mengidentitaskan dirinya.

Di satu sisi, ada yang bilang kalau grafiti adalah bentuk dari vandalisme. Di sisi lain, ada juga yang membenarkan hal itu sebagai bentuk ‘seni’.

Jadi menurut Lo kasus Sepatu Compass ini ‘seni’ atau ‘vandalisme’?

Baca juga: