Semua yang lo perlu tau tentang jamur Cordyceps
Kalo kalian ngikutin serial The Last of Us, pasti tau bahwa wabah zombie tersebut dipicu jamur Cordyceps. Jamur tersebut betulan ada dan sebagian besar ada di kawasan Asia.
Di serial tersebut, jamur Cordyceps menyebabkan mutasi yang membuat manusia berubah jadi zombie.
Baca juga: The Last of Us Episode 2 Pecahkan Rekor, Jumlah Penonton Naik 22%
Bisa infeksi manusia?
Jamur Cordyceps pertama kali ditemukan pada tahun 1859 oleh seorang naturalis asal Inggris bernama Alfred Russel Wallace di hutan Indonesia dan Amerika selatan. Jamur tersebut banyak ditemukan di kawasan hutan tropis yang punya temperatur lembab.
Jamur tersebut punya 400 spesies dan tersebar di seluruh dunia, tapi kebanyakan bisa ditemui di Nepal, Cina, Jepang, Korea, Vietnam, Thailand dan Bhutan.
Jamur tersebut bisa menginfeksi serangga karena sifatnya yang mirip parasit.
Serangga yang terinfeksi akan menunjukan perilaku aneh dan menyerang serangga lain, seolah jamur Cordyceps mengendalikan pikiran dan fungsi motoriknya.
Ketika sudah cukup besar, jamur tersebut akan membunuh inangnya lalu menyebarkan spora dan menginfeksi serangga lain hingga akhirnya berperilaku serupa. Mirip kayak penggambaran zombie di kultur pop.
Berbeda dengan versi The Last of Us, di dunia nyata jamur Cordyceps nggak bisa menginfeksi manusia. Pasalnya jamur tesebut tidak bisa hidup dengan suhu di atas 26 derajat Celcius. Sementara itu, tubuh manusia bersuhu 36,1 hingga 37,2 derajat Celcius.
Meski begitu, perubahan iklim mungkin bisa aja mendorong proses evolusi jamur tersebut hingga bisa bertahan dengan suhu tubuh manusia. Tapi jika betulan terjadi, hal tersebut akan terjadi masih cukup lama mengingat proses evolusi makan waktu yang tidak sebentar.
Baca juga: Kereta Panoramic Kembali Beroperasi di Febuari, PT KAI Hadirkan Rute Baru
Indonesia aman dari jamur Cordyceps?
Kalo wabah zombie akibat virus Cordyceps beneran ada, Menteri Kesehatan Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengaku percaya diri Indonesia akan tetap aman.
Pasalnya Indonesia telah membuka empat laboratorium baru untuk mengidentifikasi dan mendeteksi kemungkinan wabah virus.
Laboratorium baru tersebut juga dilengkapi dengan fasilitas yang lebih canggih dengan peningkatan kemampuan pengujian dari 800 sampel per minggu menjadi 2.700 sampel per minggu.
“Pengurutan genom sangat penting dalam mengidentifikasi ancaman kita, baik itu bakteri, virus, atau jamur,” ungkap Budi Gunadi.
Your thoughts? Let us know!